Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

5 Views

Ilustrasi. (stock.adobe.com)

Dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, proses mengislamkan seluruh aspek kehidupan merupakan sebuah kewajiban yang fundamental. Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah, tetapi mencakup transformasi menyeluruh dari pikiran, hati, dan perilaku seseorang. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Mengislamkan pikiran dimulai dengan menanamkan paradigma tauhid dalam cara berpikir kita. Setiap Muslim harus memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pemahaman ini akan membentuk pola pikir yang selaras dengan ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari)

Baca Juga: Sejarah, Makna, dan Relevansi Sumpah Pemuda Bagi Bangsa

Hati merupakan pusat spiritual manusia yang harus senantiasa dijaga kesuciannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan pentingnya hati yang bersih dalam Al-Quran,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Perilaku seorang Muslim harus mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. Ini termasuk cara berinteraksi dengan sesama manusia, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan dalam Al-Quran:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110)

Baca Juga: Setelah Sinwar Syahid, Perlawan Melemah?

Proses mengislamkan diri membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Tidak cukup hanya dengan pengetahuan, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Mengislamkan pikiran berarti membebaskan diri dari pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti syirik, bid’ah, dan khurafat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan dalam hadisnya,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil

Hati yang telah diislamkan akan memancarkan nur ilahi yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (QS. Az-Zumar: 22)

Perilaku yang telah diislamkan akan mencerminkan akhlak mulia sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuji akhlak Rasulullah dalam Al-Quran,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Baca Juga: Bulan Solidaritas Palestina (BSP) November 2024

Kesimpulannya, mengislamkan pikiran, hati, dan perilaku merupakan sebuah proses yang komprehensif dan berkesinambungan. Ini membutuhkan komitmen yang kuat dan kesungguhan dalam menjalankan ajaran Islam secara total. Hanya dengan mengislamkan ketiga aspek ini secara seimbang, seorang Muslim dapat mencapai derajat ketakwaan yang sejati dan meraih ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menjadi Hamba yang Dermawan, Bagaimana Caranya?

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Tausiyah
Tausiyah
Tausiyah