Oleh : Siti Aminah, Ketua Pelaksana Harian Muslimah Learning Center (MLC), Bandung
Menjadi isteri shalihah adalah dambaan setiap wanita. Apalagi menjadi idaman suami, tentu itulah tujuan seorang wanita membina rumah tangga dengan suaminya.
Seorang isteri dapat menjadi pendamping terbaik bagi suaminya, tidak bisa lepas dari peran dan kedudukan istri terkait dengan kewajibannya terhadap suami.
Dalam buku yang berjudul Muwashafat Al-Baitis Sa’id atau yang diterjemahkan menjadi ‘Rumah Tanggaku Paling Bahagia’, Muhammad Isa menyebutkan ada beberapa hal berkaitan dengan kewajiban istri agar senantiasa menjadi idaman sang suami, yakni :
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Menaatinya dalam Kebaikan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٲمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ۬ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡۚ فَٱلصَّـٰلِحَـٰتُ قَـٰنِتَـٰتٌ حَـٰفِظَـٰتٌ۬ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّـٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِى ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَڪُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡہِنَّ سَبِيلاًۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّ۬ا ڪَبِيرً۬ا
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An-Nisaa [4]: 34).
Mengikutinya dalam Hal Tempat Tinggal
Suami wajib menyediakan tempat tinggal sesuai kemampuannya, dan isteri senantiasa bersamanya. Sebagaimana firman Allah:
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ
Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka…” (QS Ath-Thalaq [65]: 6)
Bersedia “dihukum” Bila Bersalah
Suami berhak mendisiplinkan isteri dengan maksud mendidik, sebagaimana petunjuk Allah dalam QS. An Nisaa ayat 34.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Tidak Berpuasa Sunnah Jika Suami Tidak Mengizinkan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak halal bagi wanita berpuasa, sementara suaminya menyaksikan, kecuali atas izinnya …” (H.R. Bukhari).
Tidak Mempersilakan Seorang pun Memasuki Rumah Tanpa Seizin Suami
Dalam Haji Wada’, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ketahuilah, kalian memiliki hak yang wajib ditunaikan isteri kalian, dan isteri kalian juga memiliki hak yang wajib kalian penuhi. Hak kalian atas mereka adalah, mereka tidak mempersilakan orang yang kalian benci menapaki ranjang kalian dan tidak mengizinkan orang yang kalian benci memasuki rumah kalian” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Tidak Meninggalkan Rumah Tanpa Izin Suami
Imam Ahmad berkata, “Menaati suami lebih wajib atas dirinya daripada menengok ibunya, kecuali bila suami memberi izin”.
Memelihara Harta Suami
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dan isteri adalah penjaga di rumah suaminya, dan ia akan ditanya tentang barang yang ia jaga”. (Muttafaq ‘alaih)
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Tidak Membebani Suami di luar Kemampuannya
Seorang istri selayaknya bisa menghargai kemampuan finansial suaminya, serta berusaha bersikap qanaah.
Allah berfirman,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦۤ أَزۡوَٲجً۬ا مِّنۡہُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا لِنَفۡتِنَہُمۡ فِيهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰ
Artinya: “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaahaa [20]: 131)
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Menghargai Jasa-jasa Suami
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah tidak sudi melihat wanita yang tidak berterimakasih kepada suaminya, padahal ia membutuhkannya.” (HR. Nasa’I, Bazzar, dan Thabrani).
Mengurus Rumah dan Menyiapkan Berbagai Keperluan
Fatimah Az Zahra putri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mencontohkan bagaimana seorang isteri menunaikan kewajiban rumahtangganya.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
Anas Radhiyallahu ‘Anhu juga berkata, “Adalah para sahabat Rasulullah saw apabila mereka mengiring mempelai wanita kepada suaminya, mereka menasihatinya untuk melayani suami dan menunaikan hak-haknya.”
Bergaul secara Baik dengan Pihak Keluarga Suami
Seorang isteri harus pandai bergaul dengan keluarga suami seperti bersikap santun kepada orangtua dan saudara-saudara suami, mendorong suami untuk berbakti kepada orangtuanya, menyambung tali shilaturahim secara baik.
Mengasuh dan Mendidik Anak
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦۤ أَزۡوَٲجً۬ا مِّنۡہُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا لِنَفۡتِنَہُمۡ فِيهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰ
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf…” (QS. Al Baqarah [2]: 233).
Selama mengasuh dan mendidik anak, seorang isteri tidak boleh mendo’akan atau mengatakan hal-hal yang buruk tentang anaknya.
Menjauhi Sikap dan Perilaku Cemburu Buta
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
Cemburu ada yang baik asal proporsional, namun cemburu bias bisa berakibat fatal dalam berumah tangga.
Menjaga Agama dan Kehormatan Suami
Pengertian menjaga agama di sini adalah menjaga kehormatan diri sebagaimana telah diatur secara syar’i dalam Islam.
Memahami Hal-hal yang Disukai dan Dibenci Suami
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
Sang isteri sudah sewajarnya mengerti dan memahami bagian-bagian mana yang suami suka dan yang suami benci.
Tidak Enggan Memenuhi Ajakan Suami
Dari Abu Hurairah ra. Nabi bersabda, “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, tapi ia menolak untuk datang, lalu sang suami marah sepanjang malam, maka para malaikat melaknatnya (sang istri) hingga datang pagi” (Muttafaq ‘alaih)
Menjaga Rahasia Pribadi Suami
Tidak sepatutnya seorang istri mengumbar di depan umum, atau berbisik dengan orang-orang di sekitarnya tentang apa-apa yang sebenarnya menjadi rahasia pribadi sang suami.
Berakhlak Baik
Istri yang memiliki akhlak baik (jujur, setia, patuh, amanah) terkait dengan faktor sikap beragama seorang istri.
Tidak Menyakiti dengan Ucapan maupun Perbuatan
Dari Muadz bin Jabal bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiadalah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, kecuali istrinya dari bidadari surga berkata, jangan engkau sakiti ia. Semoga Allah melaknatmu. Sesungguhnya ia hanya singgah kepadamu, dan hampir-hampir meninggalkanmu menuju kepada kami.”
Senantiasa Mempercantik Diri
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang sebaik-baik wanita, “…yang menyenangkan suami apabila melihatnya.” Namun dalam hal berhias, seyogyanya seorang istri tidak berlebih-lebihan dan cenderung pada pemborosan.
Mengajak Berdamai saat Suami Marah
Seorang isteri yang cerdas dan shalih, apabila melihat suaminya bersedih atau marah karena kesalahpahaman dengannya, ia tidak akan bersikap tinggi hati. Meskipun dirinya benar dan sang suami yang salah, ia tetap rendah hati dan cenderung mengajak berdamai dengan sang suami.
Demikianlah, menjadi istri shalihah idaman suami ternyata tidaklah mudah. Namun dengan berbekal rasa saling menghormati, menyadari peran masing-masing, saling percaya, senantiasa menjaga romantisme, dan menjaga komunikasi, insyaAllah seorang istri akan mudah menjalankan tugas yang diembannya. Wallahu a’lam (T/P005/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)