Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Yang namanya kunci adalah sebuah alat untuk mengetahui atau membuka sesuatu. Pintu rumah bisa dibuka jika seseorang mempunyai kuncinya. Motor bisa digerakkan kanan kiri stangnya jika mempunyai kunci. Mobil juga bisa dibuka pintunya sebelum dihidupkan mesinnya dengan sebuah kunci.
Begitu juga dalam menjalani kehidupan ini. Untuk bisa sukses menjadi orang baik (soleh) maka diperlukan kunci bagaimana menjadi baik. Benar kata Nabi SAW jika seseorang ingin sukses dunianya, maka dia harus mempunyai kunci (ilmu) bagaimana meraih kesuksesan dunia.
Untuk bisa sukses akhirat, maka seseorang juga harus mempunyai kunci-kunci bagaimana agar bisa meraih kesuksesan akhirat. Dan, jika seorang hamba menginginkan kesukesan kedua-duanya; sukses dunia dan akhirat, maka dia wajib mempunyai kunci keduanya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Kembali kepada judul tulisan ini; Menjadi Kunci Kebaikan. Rasulullah SAW pernah mengingatkan umatnya, dari Anas bin Malik berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan. Namun ada juga yang menjadi kunci kejelekan dan penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kejelekan melalui kedua tangannya”. (HR Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Dari hadits di atas bisa dijabarkan jika seorang hamba menginginkan untuk menjadi kunci kebaikan, maka ada beberapa hal harus diperhatikan dan diamalkannya, antara lain sebagai berikut.
Pertama, luruskan niat hanya karena Allah. Dia harus mengikhlaskan semua niatnya dalam setiap perkataan dan perbuatan yang dilaukan karena Allah, ibadah kepada Allah. Bukan karena yang lain. Patokan yang dikatakan dan dilakukannya agar menjadi ibadah berpedoman pada Qur’an surat Az Zariyat ayat 56, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Kedua, berdoalah selalu kepada Allah untuk meminta hidayah agar bisa menjadi orang yang selalu diberi taufik membuka pintu kebaikan. Doa adalah kunci segala kebaikan. Seperti yang diyakini Allah tidak akan pernah menolak doa seorang hamba beriman.
Ketiga, berusahalah untuk selalu meningkatkan kualitas diri dengan selalu menyemangati dalam menuntut ilmu. Sebab dengan ilmu-lah seseorang akan terdorong untuk melakukan setiap kebaikan yang berbuah kemuliaan. Dan sudah tentu ilmu yang dibenarkan syariat, akan menghalangi si empunya dari segala keburukan.
Selain itu, dengan ilmu juga seseorang akan selalu taat beribadah kepada Allah, terutama dalam hal yang sudah menjadi kewajibannya sehari-hari. Seperti shalat yang dia lakukan misalnya, shalat itu akan menjadi tamengnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar.
Ketiga, bertekad memiliki akhlak yang mulia. Dia sadar untuk bisa diterima oleh orang banyak, sehingga kebaikan yang disampaikannya juga diterima, maka kuncinya adalah dia harus berakhlak mulia. Kata-katanya yang lembut, menggugah jiwa, serta tata kramanya yang sopan tentu saja lebih mudah diterima daripada kekasaran kata-kata.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Keempat, dia tidak memilih dalam berteman. Namun, dia juga akan berusaha untuk selalu bersama dengan orang-orang berakhlak baik. Karena sejatinya berkumpul dengan orang-orang soleh, maka para malaikat akan membersamainya dan tentu saja rahmat Allah akan mengitari orang-orang yang berusaha selalu ada dan berteman dengan orang soleh.
Kelima, menasehati orang lain, baik yang dikenal atau tidak dikenal, agar menyibukkan mereka dengan kebaikan dan menjauhkannya dari kejelekan.
Selalu mengingat akan hari akhir, di mana seorang hamba akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala. Maka seseorang yang senantiasa berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan orang yang jelek dibalas dengan kejelekan pula, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan mendapatkan balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal kejelekan sekecil dzarrah, pasti ia akan mendapatkan balasannya.” (Qs. Al-Zalzalah 7-8)
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Setidaknya itulah beberapa kiat agar seseorang bisa menjadi kunci kebaikan. Seandainya dia tidak atau belum bisa menjadi kunci kebaikan, paling tidak berusahalah untuk menjadi penghapus keburukan, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)