Menjadi Muslim Pembelajar

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur  Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

 كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ

Artinya: “Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka” (HR Al-Baihaqi dari Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu).

Hadits ini mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan orang menjadi berilmu pengetahuan, manusia pembelajar ilmu, orang yang gemar mendengar ilmu dan pencinta ilmu. Jangan jadi yang kelima, maknanya mengajarkan ilmu tidak, menuntut ilmu tidak juga, mendengarkan ilmu juga tidak, bahkan menyukai ilmu saja tidak.

Mereka yang masuk ke dalam empat kategori tersebut, hingga dirinya penuh dengan ilmu pengetahuan, karena Allah, maka ia akan mendapatkan kehormatan dan kemuliaan dari Allah.

Di dalam ayat dikatakan:

 يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “….. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadalah/58: 11).

Baca Juga:  Hai Israel, Apa Salah Indomie?

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman kepada Allah, mereka yang taat dan patuh kepada-Nya, mereka yang melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sekaligus mereka adalah orang-orang yang berilmu, yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah, mengharap ridha-Nya.

Jadi, orang-orang yang mempunyai derajat yang tinggi di sisi Allah ialah mereka yang beriman dan berilmu pengetahuan. Ilmunya itu diamalkan dengan ikhlas sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.(Tafsir Kemenag Republik Indonesia).

Jangan pernah dengan ilmu pengetahuannya itu untuk mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara, seperti jabatan, pangkat, popularitas, dan kekayaan.

Baca Juga:  AWG Gelar Peringatan Nakba Sepekan, dari Webinar hingga Demonstrasi

Manusia-manusia Muslim pembelajar itu pula yang dengan ilmunya karena Allah, akan dapat mengarahkannya ke jalan surga. Seperti disebutkan di dalam hadits :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Ini maknanya, jika kita rajin menuntut ilmu, menghadiri kajian-kajian ilmu, atau membaca buku-buku, maka ilmu kita akan bertambah. Dengan bertambahnya ilmu itu, akan semakin banyak yang kita ketahui tentang syariat Allah, jalan-jalan kebaikan, mana-mana yang dilarang, dan seterusnya. Hingga dengan demikian dengan sendirinya kita akan mengetahui jalan-jalan ke surga.

Sebaliknya, mereka yang enggan belajar, tidak suka menghadiri ta’allum (kajian ilmu) atau ke majelis-majelis ta’lim, maka akan sedikit jalan-jalan yang dapat ia ketahui untuk ke surga. Ia hanya akan tertutup oleh nafsu syahwat yang semakin menjerumuskannya ke jalan dosa dan maksiat, akibat tiadanya atau miskin ilmu.

Baca Juga:  Al-Qassam: 12 Tentara Israel Tewas dalam Operasi di Jabalia

Terlebih jika dirunut ke belakang, ayat yang pertama kali turun kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, adalah “Perintah membaca” (Iqra’).

Melalui ayat ini, Allah memerintahkan kepada kita untuk membaca, termasuk bermakna mempelajari, mengamati, meneliti, apa saja yang telah Allah ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat dalam Al-quran (qauliyah), maupun ayat-ayat-Nya yang tersirat di alam semesta (kauniyah).

Iqra’ (membaca) itu harus dengan nama-Nya (bismi rabbika), artinya hanya karena Allah, mengharapkan pertolongan-Nya, untuk memuliakan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridhai-Nya,dan memberikan bermanfaat bagi banyak manusia.

Terlebih bagi generasi muda, giatlah dalam mencari ilmu selagi muda, melalui kuliah, kajian, seminar, training, membaca di perpustakaan atau di rumah, searching di dunia maya ilmu-ilmu yang manfaat, atau bergaul dengan orang-orang yang berilmu, atau berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, dan sebagainya.

Marilah, sepanjang hayat masih di kandung badan, kita terus menjadi manusia pembelajar, yang terus-menerus belajar ilmu-ilmu karunia Allah. Kemudian mengajarkan ilmu-ilmu itu, baik lisan maupun tulisan, untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat manusia. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf