Stockholm, 3 Rabi’ul Aakhir 1437/13 Januari 2016 (MINA) – Menlu Swedia, Margot Wallstrom, Selasa, menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah Israel bersalah karena melakukan pembunuhan ekstra-yudisial terhadap rakyat Palestina dalam gelombang kekerasan terakhir di sana.
Komentar terbaru dalam serangkaian pernyataan Wallstrom tersebut telah membuat gusar Otoritas Pendudukan Israel.
Hubungan antara Swedia dan Israel menjadi renggang setelah negara itu mengumumkan pengakuannya atas negara Palestina tak lama setelah Partai Sosial Demokrat, partainya yang beraliran kiri-tengah, memenangi pemilihan umum pada 2014.
Dia memperlebar keretakan tahun lalu dengan menggambarkan penderitaan Palestina sebagai faktor yang menyebabkan radikalisasi Islam.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
“Sangat penting adanya investigasi yang kredibel dan menyeluruh atas kematian mereka untuk mengklarifikasi dan kemungkinan menuntut pertanggunganjawaban,” kata Wallstrom dalam debat parlemen, demikian menurut Kantor Berita TT, seperti dilaporkan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kelompok-kelompok HAM menuduh Israel menggunakan kekuatan yang berlebihan untuk memadamkan kerusuhan.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB semuanya telah menyatakan keprihatinan mereka, dengan mengatakan bahwa mereka mengakui hak Israel untuk membela diri, namun pengendalian diri diperlukan untuk memastikan kekerasan tidak meningkat lebih lanjut.
Penusukan hampir setiap hari, penabrakan dengan mobil dan penembakan oleh penyerang Palestina telah menewaskan 21 warga Israel dan seorang warga negara AS sejak awal Oktober, sehingga meningkatkan kekhawatiran eskalasi lebih luas satu dekade setelah meredanya Intifada Palestina terakhir.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Pasukan Israel atau warga sipil bersenjata telah menewaskan sedikitnya 133 warga Palestina pada periode yang sama, 83 di antaranya digambarkan sebagai penyerang. Sebagian besar lainnya tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
Meningkatnya kekerasan dipicu oleh frustrasi Palestina selama 48 tahun pendudukan Israel atas tanah air mereka dan perluasan permukiman ilegal di wilayah-wilayah yang direbut Israel dalam Perang Timur Tengah 1967. (T/R07/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam