Denpasar, MINA – Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo mengatakan, teknologi industri 4.0 dapat mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin per Maret 2018 mencapai 25,95 juta jiwa atau setara dengan 9,82 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Berbicara pada forum TECHTalk bertema “4.0: Shape Your Future with Artificial Intelligence and Big Data” di Denpasar, Bali, Sabtu (12/1) Eko mengatakan, teknologi industri 4.0 memungkinkan adanya kerja sama antara petani di desa dengan e-commerce yang ada di kota.
“Dengan menggunakan teknologi industri 4.0 ini, kita ada kerja sama dengan Bukalapak, Regopantes, dan portal lain. Ini akan mengurangi rantai panjang distribusi hasil pertanian yang selama ini lebih sering merugikan petani,” kata Eko.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan Ringan hingga Sedang
Menurutnya, harga cabai atau holtikultura dari desa harganya bisa mencapai 3x lipat setelah sampai di kota, tapi dengan supply chain yang baru harga akan bisa lebih murah saat sampai pada konsumen.
“Hal itu akan mengurangi harga di level endorser, jadi supply-nya bisa naik karena harganya lebih murah dan keuntungan petaninya juga bisa naik,” sambungnya
Selain itu, dia juga mengatakan, saat ini banyak desa-desa wisata yang menggerakan ekonomi melalui promosi menggunakan teknologi internet seperti instagram, facebook atau portal-portal dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Informasi yang cepat dan menyebar luas tersebut banyak mengundang wisatawan luar daerah yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan warga sekitar.
Baca Juga: Sheikh Mahmoud Anbar: Empat Alasan Operasi Badai Al-Aqsa oleh Pejuang Palestina
Dia menyebutkan, salah satu pemanfaatan teknologi juga digunakan untuk percepatan pelaporan, pengawasan, dan manajemen keuangan di desa. Yakni dengan menggunakan aplikasi sistem keuangan desa (siskeudes).
“Dengan siskeudes datanya secara real time bisa di ke pusat jadi saya bisa tahu penyerapannya secara real time,” katanya
Industri 4.0 ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin mirip melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Eko, Revolusi Industri 4.0 dengan pemanfaatan data, big data dan artifisial intelligence merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
Baca Juga: Paripurna DPR Sahkan RUU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi DKJ
“Semua harus berusaha untuk memanfaatkannya agar tidak ketinggalan dan tidak membuat efek yang negatif,” ujarnya. (R/Mufi/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag RI Buka BAZNAS International Forum untuk Palestina