Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENTIMUN (Menuntut Ilmu Anti Melamun)

Admin - Selasa, 24 Januari 2017 - 06:53 WIB

Selasa, 24 Januari 2017 - 06:53 WIB

830 Views ㅤ

Ilustrasi

melamun-300x225.jpg" alt="" width="300" height="225" /> Ilustrasi

Oleh: Annisa Fithri Nurjannah, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Melamun merupakan kondisi sesaat terputusnya pikiran seseorang dengan lingkungan sekitarnya, di mana kontak seseorang menjadi kabur dan sebagian digantikan oleh hayalan visual, khususnya tentang hal-hal yang menyenangkan, harapan atau ambisi, dan dialami dalam kondisi terjaga.

Melamun banyak sekali sebabnya, bisa jadi karena kesedihan yang mendalam, rasa takut yang menghantui, atau sebab-sebab lain. Jika memang demikian, tempuhlah upaya menghilangkan atau meringankan faktor-faktor penyebabnya.

Di antara upaya yang bisa tempuh ialah menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, baik dalam urusan agama maupun dunia, dengan diiringi do’a kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ

Artinya: “Bersungguh-sungguhlah menempuh segala yang bermanfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Sibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat dalam urusan agama, seperti menuntut ilmu, menghadiri majelis-majelis ilmu, sering berkumpul dengan orang-orang shaleh, bersemangat menunaikan ibadah yang wajib seperti shalat lima waktu serta memperbanyak ibadah-ibadah sunnah seperti shalat-shalat sunnah dan membaca Al-Qur’an. Dengan demikian, hati akan menjadi tenang.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Sibukkan pula diri dengan perkara yang bermanfaat dalam urusan dunia, misalnya bercocok tanam dan beternak untuk mendapatkan rezeki yang halal, atau kegiatan lainnya yang tidak menyelisihi syari’at. Semua itu dilakukan dengan mengharapkan wajah (ridha) Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak lupa ketika menempuh segala upaya yang bermanfaat berupa banyak berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap langkah.

Berdoalah kepada Allah agar memberikan ketenangan dalam hati, sebagaimana do’a yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam:

اَللهم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kegundah-gulanaan (waswas dengan apa yang belum terjadi) dan dari kesedihan (atas apa yang telah berlalu)…” Al-Hadits.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Termasuk menyibukkan diri dengan menuntut ilmu. Karena, ada beberapa keutamaan menuntut ilmu di antaranya:

Pertama, Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Artinya: “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (Muttafaq ‘alaihi).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Kedua, Ilmu sebagai benteng dari syubhat dan fitnah. Karena dengan ilmu kita dapat menjaga diri dari berbagai syubhat (kerancuan pemikiran) yang menyerang. Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen orang-orang yang ingin merusak agama.

Ketiga, Ilmu adalah jalan menuju surga.

Dengan ilmu kita bisa beribadah yang benar sehingga akan mengantarkan kita kepada surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

Artinya: “Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (H.R. Muslim).

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Makna Melamun Dalam Psikologi

Menurut bapak psikologi, Sigmund Freud, melamun merupakan cara seseorang meredakan konflik yang sedang dialami. Fantasi yang tercipta saat melamun adalah campuran keinginan dan standar sosial masyarakat sekitar. Melamun juga sering diidentikkan dengan pikiran yang mengembara.

Pada beberapa orang aktivitas melamun bisa terjadi dengan berlebihan. Tiap menit, jam, bahkan hari bisa berlalu hanya dengan melamun. Kondidi seperti ini disebut Maladaptive Daydreaming (MD).

Maladaptive Daydreaming merupakan kondisi melamun berlebihan hingga menggantikan interaksi dengan manusia di sekitarnya. Konsep ini diperkenalkan Eli Somer Ph.D pada tahun 2002. Menurut Somer, pengalaman menyakitkan atau trauma bisa memicu terjadinya MD.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Dalam penelitiannya, Somer menemukan responden yang menggunakan lamunan sebagai cara untuk menghindar dari situasi yang sulit. Melamun menjadi “jalan keluar” saat responden berada dalam situasi yang kurang menyenangkan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memastikan teori ini.

Bagi penderita MD sebenarnya kondisi ini dapat menyebabkan mereka tidak produktif karena mereka cenderung menghabiskan waktu saat membangun mimpi dalam lamunannya, dan sebelum sadar waktu seharian sudah terlewati.

Sejauh ini belum ada penelitian apakah kondisi ini berhubungan dengan ketidakseimbangan mental. Tapi, teori menghubungkan MD dengan dissociative personality disorder, yakni kondisi seseorang tidak beriringan dengan sekelilingnya secara fisik maupun emosi.

Di masa lalu, melamun dipandang rendah oleh para pakar kesehatan mental, dokter, dan pakar pendidikan. Oleh karena itu, seorang pemuda diberi tahu seorang pakar psikoterapi, ”Kami harus menolong Anda berhenti melamun.” Maka, sebuah buku pelajaran psikologi menyatakan, ”arti kata melamun sering kali adalah akibat kegagalan atau kurangnya minat seseorang terhadap lingkungan tempat ia berada, dan pastilah merupakan penyangkalan dari kenyataan.”

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Suatu generasi pakar pendidikan dan kesehatan mental diajarkan bahwa semua lamunan hendaknya dikekang. Banyak pernyataan diucapkan bahwa melamun secara berlebihan bahkan dapat mengakibatkan skizofrenia (semacam penyakit jiwa).

Melamun dapat juga memainkan peranan penting dalam memecahkan persoalan. Seorang psikolog menjelaskan bahwa arti kata melamun itu sendiri adalah suatu cara menemukan penyelesaian secara kreatif atas masalah-masalah.

Orang-orang yang melamun kadang-kadang secara imajinatif dapat menemukan jalan keluar yang tidak akan terpikirkan seandainya mereka mengatasi masalah-masalah itu dengan tergesa-gesa.

Semoga kitra dapat mengatasinya terutama dengan mengonsumsi MENTIMUN alias Menuntut Ilmu Anti Melamun. (anj/RS2)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
MINA Preneur
Kolom
Kolom
Kolom