Menyoal Israel sebagai Negara Pengamat pada Uni Afrika

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Wartawan MINA (Mi’raj News Agency)

Keputusan terbaru dibuat oleh Ketua Komisi (AU, African Union) untuk menerima Israel sebagai pada uni itu.

Uni Afrika sebelumnya mengumumkan pada Rabu (21/7/2021), menerima kembali Israel sebagai anggota pengamat, setelah hampir 20 tahun keanggotaannya ditangguhkan sejak tahun 2002.

Banyak negara Afrika mempertanyakan keputusan Komisi Uni Afrika tersebut yang menerima status Israel sebagai negara pengamat.

Afrika Selatan misalnya, menyebut langkah itu mengejutkan. Seperti dilaporkan Premium Times Nigeria.

Menurut Afsel, itu sebuah langkah yang telah ditolak selama hampir dua dekade.

Maka langkah itu telah memicu kritik beberapa negara Afrika yang mengatakannya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Piagam Uni Afrika.

Banyak negara yang menuntut penjelasan terbuka dari keputusan tersebut.

Upaya Israel

Israel tentu bagaimanapun, merasa senang dengan tonggak sejarah ini .

“Ini adalah hari perayaan untuk hubungan ,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid.

Ia menyatakan hal itu sebagai koreksi anomali yang telah ada selama hampir dua dekade dan merupakan bagian penting dari penguatan jalinan hubungan luar negeri Israel.

Untuk meresmikan status sebagai pengamat Uni Afrika tersebut, Aleli Admasu, Duta Besar Israel untuk Ethiopia, Burundi, dan Chad, telah menyerahkan surat kepercayaannya kepada Moussa Faki Mahamat, Ketua Komisi AU, di markas Addis Ababa.

Israel sendiri telah berulang kali menolak imigran Afrika. Namun telah memperdalam hubungan politik dengan Afrika sebagai prioritas kebijakan luar negeri.

Dorongan Israel untuk bergabung dengan Uni Afrika adalah tujuan diplomatik yang telah dicapai Israel selama hampir dua dekade.

Ada beberapa tujuan Israel membidik Afrika, seperti diungkapkan dalam Jurnal Al-Masyru’u Ash-Shuhyuni fi Afriky (Proyek Zionis di Afrika) oleh Dr. Fathi Abdul Qadir At-Tunisy (2009).

Di antara tujuannya adalah untuk pertahanan diri. Israel melihat potensi ekonomi benua Afrika dapat mendukung zionis untuk mempertahankan diri sebagai sebuah negara.

Tujuan lainnya dalah sebagai marketting produk-produk zionis. Karena itu Israel menyebutkan benua Afrika sebagai Qurrah Bikrah (Benua yang masih perawan). Hal ini mengingat  banyak sumber daya alamnya, cadangan gas alam, dan berbagai sumber tambang yang belum tergarap di sana.

Tujuan global lebih luas lagi adalah untuk menjalin hubungan dengan negara-negara bekas jajahan Inggris, Portugis dan Perancis, sehingga Israel semakin memperoleh pengakuan dari dunia internasional.

Sekaligus Israel memainkan peran ganda, yaitu untuk terus mengamati dan mengendalikan negara-negara Afrika, serta mengawasi negara-negara Arab di sekitar Israel.

Tolak Israel

Terkait dengan keputusan Kominisi Uni Afrika, beberapa negara Afrika mengingatkan para pemimpin AU bahwa hanya sedikit yang berubah dari Israel, dan Israel faktanya sampai saat ini masih menduduki dan menjajah tanah Palestina.

Negara-negara Afrika menunjukkan bahwa kepemimpinan AU membuat keputusan tentang negara Zionis tanpa berkonsultasi dengan anggota.

Aljazair secara resmi mulai membentuk blok Afrika untuk menolak keanggotaan Israel di Uni Afrika.

Afrika Selatan, Tunisia, Eritrea, Senegal, Tanzania, Niger, kepulauan Qamar, Gabon, Nigeria, Zimbabwe, Liberia, dan Seychelles, semuanya telah mendukung hal tersebut.

Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra akan melanjutkan pembahasan masalah itu dalam perjalanannya yang diagendakan akan dilakukan ke empat negara Afrika yaitu Tunisia, Ethiopia, Sudan dan Mesir

Kementerian Luar Negeri Aljazair menekankan, keputusan penerimaan Israel sebagai negara pengamat AU itu tidak akan mempengaruhi dukungan kuat dan efektif organisasi kontinental ini untuk memperjuangkan Palestina yang adil.

Reaksi Palestina

Reaksi perjuangan Palestina terkuak dalam Konferensi Populer Palestina di Luar Negeri di Beirut, pada Selasa (3/8/2021), yang menyerukan Uni Afrika untuk membatalkan keputusannya  memasukkan Israel sebagai anggota pengamat.

Konferensi menggambarkan langkah ini sebagai tercela dan justru akan merugikan negara-negara anggotanya, dan tidak melayani kepentingan nyata negara-negara Afrika.

Hal itu juga merupakan penghinaan terhadap perjuangan bangsa-bangsa di benua itu dan pengabaian terhadap perjuangan membebaskan dari kolonialisme dan rasisme.

Pernyataan menambahkan, tidak ada keraguan upaya entitas pendudukan sebagai negara-negara Afrika hanyalah upaya menipu memalsukan realitasnya.

Konferensi juga mengingatkan adanya tindakan apartheid yang diadopsi Israel di Palestina, di samping kejahatan perang, pembunuhan massal, pelanggaran berat, intimidasi, penjarahan tanah, sumber daya dan rumah, dan penyebaran pemukiman ilegal, yang terus lakukan di depan mata seluruh dunia.

Konferensi tersebut juga mendesak pemerintah, lembaga resmi, partai, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, dan media di seluruh Afrika, untuk memobilisasi upaya menentang keputusan ini dan mempercepat penghapusan status keanggotaan pengamat di Uni Afrika.

Dunia pada umumnya dan dunia Islam khususnya, tentu tidak bisa tinggal diam begitu saja. Perlu ada langkah-langkah politik yang kuat untuk menghambat Langkah politik Israel dalam mencengkeram hegemoninya ke negara-negara Afrika, yang notabene sekitar 65%nya adalah kaum Muslimin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)