Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MER-C: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Diambil alih Jadi Markas Militer Israel

Rana Setiawan - Jumat, 24 November 2023 - 10:57 WIB

Jumat, 24 November 2023 - 10:57 WIB

43 Views

Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza utara. (Foto: MER-C)

Jakarta, MINA – Rumah Sakit Indonesia (RS Indonesia) di utara Gaza, Palestina diambilalih jadi markas tentara Israel Defense Force (IDF) usai pengosongan dan evakuasi menyeluruh rumah sakit tersebut pada Rabu (22/11).

Rumah Sakit Indonesia berlokasi di atas bukit dekat Jabaliya, kamp pengungsi terbesar di Gaza itu, dibangun dari sumbangsih rakyat Indonesia melalui Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia bersama para relawan Pondok Pesantren Al-Fatah seluruh Indonesia.

Rumah Sakit Indonesia sekarang sudah kosong dan sudah diambilalih oleh Israel. Mereka (tentara IDF) telah menduduki RS Indoneisa. Kita minta agar Indonesia menyeret Israel ke ICC (Mahkamah Pidana Internasional),” ungkap dr Sarbini Abdul Murad, Ketua Presidium MER-C kepada MINA, Jumat (24/11) pagi.

Seluruh pasien dan tenaga medis Rumah Sakit Indonesia termasuk tiga relawan MER-C Indonesia, berhasil dievakuasi ke Rumah Sakit Al-Nasser di Khan Younis dan Rumah Sakit Eropa di Rafah, Gaza selatan.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Evakuasi yang dilakukan sejak Senin-Rabu (20-22/11) menggunakan bus melalui bantuan Bulan Sabit Merah dan Palang Merah Internasional.

MER-C telah berhasil melacak keberadaan tiga relawan WNI di Rumah Sakit Indonesia. Tiga relawan bernama Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, dan Farid Zanzabil Al Ayub tersebut telah berada di Rafah.

Evakuasi dilakukan setelah militer Israel yang terus menggempur rumah sakit tersebut. Sebelumnya, terdapat 6.000 orang termasuk staf dan dokter hingga 700 pasien dan pengungsi berlindung di dalamnya. Hingga kini, sebanyak 12 orang tewas akibat aksi brutal Israel tersebut di RS Indonesia itu, termasuk pasien, dan puluhan luka.

Sebelum RS Indonesia, Israel telah melancarkan berbagai serangan ke fasilitas kesehatan lain di Gaza, termasuk RS Al Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah itu.

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Ketua Presidium MER-C menegaskan, tuduhan terowongan Hamas yang dilontarkan oleh pasukan IDF hanyalah fitnah tidak mendasar.

Dia menyampaikan, cara seperti ini sudah pernah dilakukan di rumah sakit lainnya di Gaza, seperti di Rumah Sakit Al Shifa di mana militer Israel menyelundupkan senjata dan memfitnah rumah sakit tersebut jadi gudang senjata.

Seret Israel ke ICC

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon mengutuk sekeras-kerasnya atas tindakan barbar tersebut.

Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian

Menurutnya, serangan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza itu semakin menegaskan Israel sebagai penjahat perang dan pelaku genosida. Usulan agar Indonesia mengadukan Israel ke ICC harus dipertimbangkan.

“Serangan Israel atas Rumah Sakit Indonesia di Gaza sangat melukai rakyat Indonesia. Harus diingat bahwa total dana pembangunan rumah sakit itu mencapai 126 miliar rupiah. Itu seluruhnya berasal dari sumbangsih rakyat Indonesia. Serangan itu melukai dan juga berarti menyatakan perang terhadap rakyat Indonesia,” tegas Fadli kepada MINA, Kamis (23/11).

Sementara Lebih dari 32 ribu orang sudah menandatangani petisi yang mendesak pemerintah Indonesia agar melindungi RS Indonesia yang ada di Gaza. Petisi ini digagas oleh Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Kamis (23/11).

“Ketika petisi ini ditulis, kami memahami kendala-kendala yang dialami oleh jalur diplomasi, termasuk aturan hukum internasional yang menyatakan bahwa: 1) Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara tidak berada di wilayah yurisdiksi Indonesia, dan 2) Intervensi Peacekeeping Troops harus melalui konsen occupying power yang dalam hal ini Israel. Jalur diplomasi melalui prinsip R2P (Responsibility to Protect) di PBB juga menemukan jalan buntu setelah terus di veto oleh beberapa anggota UN Security Council,” ujar MER-C.(L/R1/P2)

Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir

Rekomendasi untuk Anda