Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merawat Rahmat Kemerdekaan Republik Indonesia

Ali Farkhan Tsani Editor : Rudi Hendrik - 34 detik yang lalu

34 detik yang lalu

0 Views

Upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia

PEMBUKAAN Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan kalimat, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

“Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa,” itulah kata kunci dan sumber utama diraihnya kemerdekaan bangsa Indonesia, dapat terlepas dari belenggu penjajahan.

Dengan ridha Allah, para pejuang bersatu, tanpa gentar menghadapi segala rintangan, mempertaruhkan jiwa dan raga demi tanah air tercinta. Semangat juang itu tak pernah padam, berkobar di setiap dada rakyat Indonesia yang merindukan kemerdekaan sejati.

Secara bahasa, rahmat artinya nikmat, kebaikan, karunia, kasih sayang, pahala.

Baca Juga: Megah di Panggung, Hampa Substansi, Kritik atas Pertemuan Trump–Putin di Alaska

Al-Asfahani dalam Mufradhat Gharib Al-Quran menyebutkan bahwa rahmat adalah belas kasih yang menuntut kebaikan kepada yang dirahmati. Maka, rahmat Allah tidak lain adalah kebaikan dan kasih sayang, semata-mata dari Allah.

Tentu saja rahmat Allah sangat penting bagi setiap manusia. Karena itu, ini tidak boleh terputus walau sedetik jua. Sebab, jika rahmat Allah terputus, maka seluruh alam ini akan hancur. Jika bukan karena rahmat Allah pula, maka seluruh makhluk di dunia maupun di akhirat akan binasa.

Dengan penuh rasa syukur, kita sadari bahwa kemerdekaan ini bukan semata hasil usaha manusia, melainkan anugerah agung dari Allah Yang Maha Kuasa. Demikian halnya, rahmat Allah berupa kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajahan. Bagaimana yang sebelumnya serba terjajah, baik fisik, material maupun wilayah. Kini berhasil merdeka atas Kuasa-Nya.

Namun, kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan. Justru di sinilah awal dari tanggung jawab besar kita sebagai bangsa. Rahmat kemerdekaan ini harus dijaga, dirawat, dan diisi dengan kerja keras, kejujuran, serta semangat kebersamaan. Jangan sampai kita terlena dan melupakan betapa mahalnya harga dari sebuah kemerdekaan , yang telah dibayar dengan darah, air mata, dan nyawa para pahlawan.

Baca Juga: Delapan Agenda Prioritas Prabowo, Antara Ambisi dan Tantangan Implementasi

Diharapkan, setelah itu diisi dengan pembangunan sesuai ketentuan-Nya, yang telah memberikan kemerdekaan itu. Sehingga dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah, baldatun thaayibatun warabbun ghafur.

Rahmat kemerdekaan itu sendiri diperoleh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, dengan teriakan takbir “Allahu Akbar”. Para kyai, ustadz, tokoh Islam, dan masyarakat Muslim mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan telah berjuang mengusir penjajah.

Mereka sanggup meninggalkan keluarga, harta benda dan fasilitas hidup dan kehidupan demi tercapainya kemerdekaan, serta terpenuhinya hak-hak asasi manusia.

Terwakili dalam teriakan Bung Tomo, yang mengobarkan semangat Jihad para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya kala itu.

Baca Juga: Kemerdekaan Indonesia, Palestina, dan Keadilan Global

Di antara kata-katanya yang terkenal adalah: “Dan kita yakin saudara-saudara! Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!”

Tentang rahmat Allah berupa kemerdekaan ini, menurut ulama pejuang M. Natsir, bahwa ajaran Islamlah yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk merdeka.

Menurutnya, pada hakikatnya, ajaran Islam itu merupakan suatu revolusi, yaitu revolusi dalam menghapuskan dan menentang tiap-tiap eksploitasi. Apakah eksploitasi itu bernama, kapitalisme, imperialism, kolonialisme komunisme atau fasisme.

Demikianlah semangat kemerdekaan yang hidup dan dibakar dalam jiwa kaum Muslimin di Indonesia. Semenjak berabad-abad, semangat itu menjadi sumber kekuatan bangsa dan semangat itu pulalah yang menghebat dan mendorong bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1945.

Baca Juga: Andil Pemimpin Negara Dalam Krisis Global

Prof Buya Hamka menambahkan, tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan suatu bangsa. Sebab pangkal pokok pandangan Islam adalah dua kalimat syahadat.

Menurutnya, akibat dua kalimat syahadat itu bagi kehidupan Islam, sangat besar dan sangat jauh. Karena kalimat itu, tidaklah ada yang mereka sembah, melainkan Allah. Tidak ada peraturan yang mereka akui, atau undang-undang yang mereka junjung tinggi, melainkan peraturan dan undang-undang dari Allah.

Cara terbaik mengisi kemerdekaan sebagai wujud mensyukuri rahmat Allah adalah dengan mewujudkan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dengan iman dan takwa itulah akan tercapai keberkahan, segala kebaikan dan kesejahteraan jiwa raga, dunia akhirat.

Semoga kita dapat menjaga, memelihara dan meningkatkan iman dan takwa sebagai wujud rasa syukur atas 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Allahu Akbar! Merdeka!! []

Baca Juga: Kemerdekaan Indonesia dan Janji untuk Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Indonesia
Kolom
Indonesia