Moskow, 17 Rabi’ul Akhir 1436/7 Februari 2015 (MINA) – Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Francois Hollande tiba di Moskow, Jumat (6/2), melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna menghentikan kekerasan di timur Ukraina.
Sebelumnya Hollande menyatakan, ia dan Merkel berencana mengajukan proposal damai kepada Presiden Rusia, tapi sejauh ini tidak ada rincian tentang rencana itu yang disiarkan ke publik, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kedua pemimpin Eropa itu tiba di Moskow setelah bertolak dari Kiev, di mana mereka menghabiskan pada Kamis malamnya membahas usulan perdamaian dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Sementara itu, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meragukan Putin akan bersedia berdamai dengan Ukraina.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Ukraina sedang berjuang untuk kelangsungan hidup mereka sekarang. Kami, AS dan Eropa secara keseluruhan, harus berdiri bersama Ukraina pada saat ini,” kata Biden kepada wartawan di Brussels, Jumat.
Ada pun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan dukungan kuat untuk inisiatif perdamaian diplomatik Jerman-Perancis dan meminta Rusia untuk mengubah pendiriannya.
“Situasi ini sangat serius. Hal ini penting dan sangat mendesak,” kata Stoltenberg kepada wartawan di Konferensi Keamanan Munich, forum keamanan internasional utama yang menyatukan tokoh senior dari lebih 70 negara.
“Karenanya saya sepenuhnya mendukung upaya baru Kanselir Merkel dan Presiden Hollande untuk menemukan solusi politik,” katanya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Hingga Jumat, pertikaian masih terjadi di wilayah Ukraina, di mana antara 500 hingga 700 warga sipil dievakuasi dari kota Debaltseve oleh pasukan pemerintah Ukraina.
AS dan para pemimpin Eropa telah menuduh Rusia mendukung konflik dengan senjata dan amunisi, sebaliknya Rusia menuding AS dan Uni Eropa sengaja menciptakan ketidakstabilan di Ukraina dalam rangka memperluas kehadiran militer Barat di Eropa Timur melalui NATO.
PBB memperkirakan lebih 5.300 orang telah kehilangan nyawa mereka dalam konflik antara pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia di wilayah Donbass Ukraina sejak April 2014. (T/P001)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)