rafah-300x200.jpg" alt="" width="300" height="200" />Kairo, 8 Jumadil Akhir 1438/ 7 Maret 2017 (MINA) – Pemerintah Mesir berencana membuka perbatasana Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza dua kali dalam sebulan di kedua arah mulai bulan ini.
Menurut para pejabat keamanan Mesir, keputusan itu datang langsung dari Presiden Mesir Abd Al-Fattah Al-Sisi yang memerintahkan untuk membuka perbatasan Rafah di kedua arah dua kali dalam sebulan untuk kemanusiaan sebagai upaya mengurangi penderitaan orang Palestina di Jalur Gaza.
“Di samping itu Mesir juga berencana mengusahakan rekonsiliasi nasional Palestina, membangun proyek-proyek strategis di Jalur Gaza dan mengamankan perbatasan Palestina-Mesir,” katanya kepada Ma’an yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sebelumnya, juru bicara Komite Penyeberangan komite Gaza Hisham Udwan mengatakan, pemerintah Mesir mengumumkan pada Sabtu malam (4/3) bahwa perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza akan dibuka di kedua arah pada Senin, Selasa, dan Rabu (mulai 6-8 Maret).
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Sejak awal tahun ini, pemerintah Mesir telah membuka penyeberangan di kedua arah dua kali, terakhir pada pertengahan Februari.
Mesir telah memberlakukan pengaturan ketat di daerah Raffah dan sekitarnya sejak tersingkirnya mantan Presiden Mesir Muhammad Morsi pada 2013 karena kawasan itu menjadi pusat perlawanan pada Presiden Sisi.
Sementara perbatasan Mesir menjadi jalur hidup utama bagi warga Gaza menuju dunia luar, warga Gaza umumnya dilarang meninggalkan atau memasuki daerah kantong pesisir yang terblokade, sering pula terjadi banyaknya warga Palestina terdampar pada kedua sisi selama penutupan perbatasan.
Menurut PBB, selama 2016, perbatasan dibuka hanya 44 hari, sedangkan sebelum itu pada 2015, perbatasan hanya dibuka selama 21 hari.
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Blokade Israel selama satu dekade telah mengakibatkan sekitar dua juta warga Palestina di Jalur Gaza masuk dalam kemiskinan ekstrim dan mengalami tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Sementara infrastruktur Gaza belum pulih dari kehancuran akibat tiga agresi militer Israel selama enam tahun terakhir. Rekonstruksi yang lambat dan kadang-kadang stagnan dari kantong pantai yang terlokade hanya memperburuk situasi di sana. PBB memperingatkan bahwa Gaza tidak layak “dihuni” pada tahun 2020.(T/R10/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza