Kairo, 20 Rabi”ul Awwal 1435 / 22 Januari 2014 ( MINA ) – Menteri Dalam Negeri Mesir, Muhamad Ibrahim, memperingatkan rakyat untuk meningkatkan kewaspadaan dan keamanan menjelang peringatan revolusi Mesir pada Sabtu 25 Januari nanti karena adanya ancaman demonstrasi besar-besaran ‘menentang penguasa’.
“Segenap rakyat Mesir, terutama polisi harus meningkatkan kewaspadaan dan mengutamakan keamanan negara. Stabilitas keamanan harus diutamakan di atas semua kepentingan,” kata Ibrahim seperti diberitakan Egypt Independent yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu.
Menghadapi ancaman demonstrasi Sabtu 25 Januari nanti, Menteri Dalam Negeri Mesir membatalkan semua kunjungan yang sudah dijadwalkan. Polisi akan mengamankan beberapa tempat strategis yang akan digunakan untuk lokasi unjuk rasa seperti di Tahrir Square, gedung Kabinet , gedung Dewan Syura, Radio dan Televisi Nasional, Bank Sentral Mesir, dan perkantoran beberapa perusahaan negara.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Revolusi Mesir 2011 juga dikenal sebagai Revolusi Lotus , terjadi ketika rakyat melakukan demonstrasi massal pada 25 Januari 2011, yang merupakan tonggak lengsernya Presiden Husni Mubarak dari kursi kepresidenannya.
Jutaan pengunjuk rasa dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan agama menuntut pengunduran diri Husni Mubarak. Mereka dari kalangan Islam, liberal, anti – kapitalis, dan nasionalis bersatu. Bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa mengakibatkan sedikitnya 846 orang tewas dan 100.000 luka-luka selama revolusi 2011.
Protes berlangsung di beberapa kota, seperti di Kairo, Alexandria, dan kota-kota lain di Mesir. Banyak kalangan mengatakan, Mesir terilhami dari peristiwa revolusi Tunisia yang mengakibatkan penggulingan presidennya.
Reaksi internasional mengenai krisis Mesir ini bervariasi, sesuai dengan kepentingan mereka. Namun, Revolusi Mesir dan Tunisia telah mempengaruhi Negara-negara Arab lainnya untuk melakukan demonstrasi menuntut pengunduran diri rezim yang sedang berkuasa seperti terjadi di Yaman, Bahrain, Yordania, Suriah dan Libya.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Pada 3 Juli 2013 presiden demokrasi pertama setelah revolusi Muhamad Mursi digulingkan oleh kudeta yang dipimpin Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fattah Al-Sisi setelah aksi demonstrasi massa oposisi pada 30 Juni 2013. Setelah penggulingan itu, kondisi perekonomian, politik dan keamanan Mesir semakin buruk dan sampai saat ini beluma ada tanda-tanda membaik. Pekan lalu penguasa militer mengadakan referendum untuk meminta dukungan rakyat pada revisi konstitusi. Penguasa melaporkan hampir 100 % penduduk yang memberikan suara menyatakan menerima, tapi referandum yang dituduh penuh rekayasa ini ditentang di mana-mana. ( T/P04/IR/ mirajnews.com )
Mi’raj Islamic News Agency ( MINA )
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan