Buthidaung, MINA – Milisi Buddha Arakan (Tentara Arakan) yang menguasai Negara Bagian Arakan, Myanmar Barat, telah menarik pungutan biaya sekolah yang mahal hanya kepada siswa Rohingya di Kota Buthidaung, sementara siswa Buddha Rakhine belajar secara gratis.
Seorang penduduk setempat mengatakan kepada Arakan News Agency (ANA) pada Kamis (21/8) bahwa menurut keputusan milisi Arakan, keluarga Rohingya diharuskan membayar 10.000 Kyat Myanmar (US$2,5) per bulan untuk setiap siswa, agar dapat bersekolah di sekolah yang baru-baru ini dibuka kembali di kota yang berada di bawah kendali milisi tersebut.
Sekolah-sekolah tersebut dibuka kembali pada akhir Juni setelah ditutup selama hampir setahun akibat bentrokan. Sekolah-sekolah ini dikelola oleh guru-guru lokal, baik dari Rakhine maupun Rohingya, yang alih-alih menerima gaji dari pihak berwenang, dibayar melalui iuran yang dikumpulkan dari siswa-siswa Rohingya.
Hamida, seorang ibu berusia 45 tahun, mengatakan kepada ANA bahwa biaya tersebut tidak terjangkau.
Baca Juga: GASTAT: Lebih dari 15 Juta Jamaah Tunaikan Umrah pada Kuartal Pertama 2025
“Saya punya empat siswa, tapi saya bahkan tidak bisa makan makanan sehari-hari. Bagaimana saya bisa memberi mereka 40.000 kyat hanya untuk sekolah? Sejak milisi menguasai Buthidaung, kami tidak bisa bergerak bebas dan tidak punya pekerjaan,” tambahnya.
Milisi Rakhine menguasai Kotapraja Buthidaung pada 18 Mei 2024 setelah penghancuran dan pembakaran besar-besaran di kota-kota Muslim Rohingya, yang memaksa banyak warga Rohingya mengungsi setelah kehilangan rumah dan harta bendanya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Erdogan-Macron Bahas Perdamaian Ukraina dan Krisis Gaza