Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Militer AS di Sekitar Konflik Israel-Gaza Rawan Jadi Target Tembak

Rudi Hendrik - Jumat, 3 November 2023 - 12:50 WIB

Jumat, 3 November 2023 - 12:50 WIB

11 Views

Kapal Induk Amerika Serikat, USS Ronald Reagan (Foto: File)

Washington, MINA – Para pengamat memperingatkan Amerika Serikat, semakin banyak kehadiran militer AS di dekat daerah konflik Israel-Gaza membuat mereka semakin dalam terlibat dan rawan menjadi sasaran tembak.

Pada hari Senin (30/10), Houthi Yaman yang menguasai pemerintahan di Sanaa menembakkan rudal balistik dan jelajah ke Israel. Serangan tersebut menandai pertama kalinya rudal balistik diluncurkan ke Israel sejak pemimpin Irak Saddam Hussein menembakkan rudal Scud ke Israel pada tahun 1991.

Menurut Bruce Riedel, mantan analis CIA dan pakar di wilayah tersebut, penggunaan rudal balistik mewakili eskalasi besar yang mengancam memicu perang regional, dengan pasukan AS ditempatkan di dekatnya.

Di saat berlangsungnya perang antara Israel dan pejuang Palestina di Jalur Gaza, tindakan kecil militer AS di Yaman meningkatkan kekhawatiran akan semakin dalamnya keterlibatan AS dalam konflik tersebut.

Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu

“Strategi terbaik untuk menghindari terjebak dalam perang lain di Timur Tengah adalah dengan tidak menempatkan pasukan yang tidak diperlukan di wilayah tersebut dan memulangkan mereka yang berada di sana,” kata Trita Parsi, Wakil Presiden Eksekutif Quincy Institute for Responsible Statecraft, sebuah wadah pemikir Washington yang mengadvokasi kebijakan luar negeri yang terkendali.

“Kehadiran mereka di sana tidak membuat Amerika lebih aman, tetapi justru menempatkan Amerika lebih berisiko terkena perang lagi di Timur Tengah,” katanya.

Meskipun jumlah pasukan operasi khusus Amerika di Yaman telah mengalami pasang surut, – AS telah berperang di sana sejak tahun 2000 – Gedung Putih mengungkapkan pada bulan Juni bahwa AS mempertahankan pasukan “tempur” di Yaman.

“Personel militer Amerika Serikat dikerahkan ke Yaman untuk melakukan operasi melawan al-Qaeda di Semenanjung Arab dan ISIS,” ungkap Gedung Putih dalam laporan terbaru Resolusi Kekuatan Perang yang belum pernah dilaporkan kepada Kongres.

Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia

Kelompok Houthi tidak terdaftar sebagai target resmi misi pasukan khusus AS di Yaman, tetapi Pentagon telah menggunakan otoritasnya dalam perang melawan ISIS untuk menyerang kelompok-kelompok yang didukung Iran di tempat lain.

Pekan lalu, AS mengebom dua fasilitas yang terkait dengan milisi yang didukung Iran di Suriah sebagai pembalasan atas serangan terhadap instalasi AS di wilayah tersebut oleh kelompok militan yang didukung Iran.

Namun, para analis memperingatkan agar tidak melihat serangan Houthi sebagai bagian dari kampanye Iran yang lebih luas tanpa bukti apa pun.

“Kita harus berhati-hati dalam menafsirkan serangan rudal sebagai bagian dari strategi besar ‘poros perlawanan’ yang dipimpin Iran,” kata Paul Pillar, peneliti senior non-residen di Pusat Studi Keamanan Universitas Georgetown, kepada The Intercept. “Houthi, meskipun mendapat dukungan material dari Iran, telah mengambil keputusan mereka sendiri: mungkin langkah terbesar mereka dalam perang di Yaman – merebut ibu kota Sanaa – yang menurut laporan mereka lakukan bertentangan dengan saran Iran.”

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Presiden Joe Biden membenarkan serangan AS terhadap sasaran-sasaran di Suriah sebagai strategi pencegahan. Namun, beberapa pengamat mengatakan pencegahan apa pun akan dilemahkan oleh fakta bahwa kehadiran militer regional AS dalam jumlah besar memberikan banyak target yang tersedia. (T/RI-1/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant

Rekomendasi untuk Anda