Yangon, MINA – Penguasa militer Myanmar telah memberlakukan jam malam di dua kota terbesar di negara itu, melarang pertemuan lebih dari lima orang, untuk membasmi protes yang berkembang terhadap kudeta militer pekan lalu.
Keputusan disampaikan Jenderal Senior Min Aung Hlaing, dalam pidato yang disiarkan televisi, Senin (8/2).
Kepada bangsa Myanmar, ia meminta untuk memprioritaskan fakta dan bukan perasaan.
Ia juga mengulangi klaim yang tidak berdasar bahwa ada penyimpangan dalam pemilu November 2020, Al Jazeera melaporkan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pernyataan penguasa militer itu adalah yang pertama sejak dia memimpin kudeta terhadap pemerintahan terpilih pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, sebuah tindakan yang telah memicu protes luas dan kecaman internasional.
Tentara telah mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun dan pada hari Senin memberlakukan pembatasan baru, termasuk pelarangan demonstrasi dan pertemuan lebih dari lima orang, bersama dengan prosesi bermotor.
Darurat militer juga diberlakukan di beberapa bagian Yangon, Mandalay dan kota-kota lain di Myanmar, negara yang menghabiskan puluhan tahun di bawah kekuasaan militer setelah kudeta tahun 1962. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar