Khartoum, MINA – Jenderal Abdel Fattah al‑Burhan, Kepala Dewan Kedaulatan Transisi Sudan menolak keras tawaran gencatan senjata dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) kecuali kelompok paramiliter itu meletakkan senjata terlebih dahulu.
Dalam pidato publik di negara bagian Al-Gazira, Jenderal Burhan menyatakan bahwa militer Sudan tidak akan melakukan dialog atau negosiasi dengan RSF apabila para anggotanya tidak menyerahkan senjatanya. Pernyataan itu disampaikan saat kunjungannya ke desa al‑Siraih dan dilaporkan oleh Anadolu.
Menurut Burhan, perang yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun ini hanya akan berakhir jika RSF benar-benar dilucuti. “Kami tidak akan menerima mereka di Sudan, maupun siapa pun yang berpihak pada mereka,” ujarnya tegas.
Burhan menuduh RSF melakukan berbagai kejahatan berat terhadap warga sipil, termasuk pembunuhan, penyiksaan, penjarahan, dan kekerasan brutal. Ia menyebut kelompok paramiliter itu sebagai “pemberontak” yang telah menyulut penderitaan luas di dalam negeri.
Baca Juga: FEB Universitas Trisakti Raih Hibah Erasmus dari Uni Eropa
Sejalan dengan penolakannya atas gencatan senjata, Burhan menyerukan mobilisasi umum. Ia meminta warga Sudan yang mampu angkat senjata untuk ikut dalam perjuangan melawan RSF, dengan kata-kata keras: “Entah kami musnahkan mereka, atau kami bertempur sampai berkorban nyawa.
Sikap tegas militer muncul kala RSF menyatakan persetujuannya pada tawaran gencatan kemanusiaan dari kelompok mediator Quad (AS, Arab Saudi, Mesir, dan UEA).
Meski demikian, militer menegaskan bahwa kondisi perdamaian sangat jelas, harus ada penyerahan senjata RSF dulu. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menlu Afghanistan: Penyelesaian Konflik dengan Pakistan Lewat Dialog
















Mina Indonesia
Mina Arabic