Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MISTERI KEISLAMAN SERSAN BOWE BERGDAHL (Bag. 2)

Rudi Hendrik - Senin, 16 Juni 2014 - 07:01 WIB

Senin, 16 Juni 2014 - 07:01 WIB

2749 Views

MINA-BOB BERGDAHL
Presiden AS Barack Obama dan Bob Bergdahl (Foto: TRN)

Oleh: Rudi Hendrik, reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Bowe Robert Bergdahl yang lahir 28 Maret 1986 adalah seorang prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang ditahan oleh jaringan Taliban blok Haqqani di Afghanistan dari bulan Juni 2009 sampai bebas pada Mei 2014. Bagaimana Bergdahl pergi menghilang dan bagaimana ia ditangkap menjadi bahan perselisihan.

Bergdahl Masuk Islam Lalu Jadi Mujahid?

Beberapa jam setelah dibebaskan oleh Taliban, media Amerika Serikat Fox News mengklaim bahwa Sersan Bowe Bergdahl, telah memeluk Islam selama penangkaran lima tahun di Afghanistan dan menyatakan dirinya sebagai “mujahid”, atau prajurit untuk Islam.

“Bergdahl telah masuk Islam dan sekarang menggambarkan dirinya sebagai seorang mujahid,” lapor Fox News pada Kamis, 5 Juni, berdasarkan sumber-sumber rahasia.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

“Bergdahl menikmati sedikit kebebasan dan terlibat dalam latihan menembak dengan mujahidin lokal, menembakkan AK47. Bergdahl bahkan diizinkan membawa senjata pada suatu kesempatan,” kata Fox News.

Gambar Sersan <a href=

Bowe Bergdahl saat dibebaskan Taliban" width="300" height="168" /> Gambar Sersan Bowe Bergdahl saat dibebaskan Taliban

Bergdahl dibebaskan oleh Taliban pada 31 Mei lalu, setelah lima tahun di penangkaran di mana terjadi tawar-menawar untuk pelepasan anggota Taliban dari penjara pangkalan militer AS di Guantanamo.

Namun, ia dikecam oleh sesama prajurit AS dan menyebutnya sebagai prajurit yang membelot dari kesatuannya kepada Taliban pada Juni 2009.

Para kritikus telah mempertanyakan legalitas dan rincian dari kesepakatan pembebasan Bergdahl, serta keadaan penangkapannya. Beberapa rekan tentaranya mengatakan, penamgkapannya terjadi setelah ia meninggalkan posnya.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Seruan melawan Bergdahl, muncul ketika salah satu rekannya di Angkatan Darat menuding Bergdahl adalah intelijen untuk Taliban.

Menurut dokumen Fox News, ketika ditahan oleh Taliban, Bergdahl berhasil melarikan diri pada satu kesempatan, di mana ia lolos selama lima hari, tetapi ia kembali ditangkap dan dikurung dalam sangkar logam “seperti binatang”.

Menurut sumber-sumber Fox, kepribadian Bergdahl diubah oleh waktu, yang memungkinkannya menikmati suasana yang ramah dari para penculiknya.

“Bergdahl bermain sepak bola dengan penjaga batas sekitar lapangan seperti orang gila. Dia tampaknya baik dan bahagia, dan memiliki kebiasaan terlihat sering tertawa dan mengatakan ‘Salaam‘ berulang-ulang,” tambah sumber itu.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Bergdahl bukan orang pertama yang diklaim memeluk Islam selama penawanan Taliban.
Jurnalis veteran dan mantan koresponden perang Yvonne Ridley memeluk Islam pada tahun 2003 setelah ditangkap oleh Taliban di Afghanistan.

Ancaman Kematian di Email

Di tengah kontroversial pembebasan dan status Bergdahl, ada empat ancaman pembunuhan masuk ke email ayah “Sang Sersan”, Robert “Bob” Bergdahl, seorang sopir truk komersial.

Kepada Reuters polisi mengatakan, pemerintah AS kemudian menyelidiki ancaman pembunuhan yang masuk di email Bob.

Sementara itu, Bergdahl dilaporkan telah mengatakan bahwa para penculiknya (Taliban) mengurungnya di kandang dalam kegelapan total selama berminggu-minggu pada suatu waktu.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Pendapat warga AS tentang Bergdahl terbagi, apakah ia adalah seorang “pahlawan” atau seorang prajurit yang mengancam keselamatan rekan-rekannya dengan membelot dari jabatannya.

Pada hari Kamis (5/6), pesta penyambutan di kota kelahirannya dibatalkan.

Kepala polisi kota Jeff Gunter mengatakan kepada Reuters, yang pertama dari empat ancaman kematian, dikirim ke Bob Bergdahl di rumahnya di dekat Hailey, Idaho.

Gunter mengatakan bahwa Bob menerima ancaman pertama pada hari Rabu, hari yang sama dengan unjuk rasa menentang perayaan pembebasan Bergdahl di Hailey yang kemudian dibatalkan di tengah kontroversi atas kondisi pembebasannya.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Gunter mengatakan bahwa email yang mengancam itu kemudian diselidiki oleh FBI.

Pihak berwenang dilaporkan akan memberikan keamanan untuk Bob Bergdahl dan istrinya, Jani.

Kesepakatan pembebasan Bergdahl dengan cara ditukar dengan pembebasan lima tahanan Taliban di Teluk Guantanamo, menuai kritik, karena sebelumnya sebanyak enam tentara AS telah tewas dalam upaya awal mencari Bergdahl yang hilang.

Mereka yang mengkritik mengatakan, 30 hari sebelum tahanan Guantanamo dipindahkan, seharusnya ada pemberitahuan yang diberikan kepada Kongres.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Namun, Presiden Barack Obama telah membela keputusannya untuk tetap melaksanakan pertukaran tahanan.

Perawatan Medis

New York Times melaporkan rincian pengobatan Sersan Bergdahl selama berada di tangan Taliban.

Para pejabat medis dari pihak penculik memenjarakannya dalam sangkar logam dalam kegelapan total selama berminggu-minggu pada suatu waktu, sebagai hukuman karena mencoba melarikan diri.

New York Times juga mengutip dokter yang mengatakan bahwa saat ini Bergdahl secara fisik mampu melakukan perjalanan dari Jerman, namun ia belum siap secara emosional untuk dipersatukan kembali dengan keluarganya.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Sementara itu, LA Times melaporkan bahwa Bergdahl yang kembali ke AS pada Jumat (13/6) dari perawatan medis di Jerman, dalam kondisi fisik yang baik, namun ia harus menghadapi pemulihan yang panjang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan, setelah lima tahun penawanan di Afghanistan, kata dokter spesialis militer.

Tidak ada keluarga atau teman-teman yang datang untuk bertemu dengannya setelah tiba dari jerman.

“Kami sangat senang dengan kondisi fisiknya,” kata Kolonel Ronald Wol, pengawas pengobatan pencernaan Bergdahl.

Wol menggambarkan bagaimana tim perawatan berusaha untuk mempersiapkan Bergdahl untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Presiden AS Barack Obama dan <a href=

Bob Bergdahl (Foto: TRN)" width="300" height="168" /> Presiden AS Barack Obama dan Bob Bergdahl (Foto: TRN)

Ayah Bergdahl Mengucapkan “Bismillah” di Gedung Putih

Saat berbicara di Gedung Putih yang didampingin oleh isterinya dan Presiden Obama, ayah Bergdahl telah mengguncang kepercayaan Amerika Serikat terhadap Presiden Barack Obama.

Penilaian itu menurut Allen B. West, seorang politisi Republikan dalam situs resminya, Senin, 2 Juni.

Hal tersebut dipicu oleh hasil analisa Clare Lopez, mantan petugas operasi CIA, seorang ahli kebijakan dan intelijen strategis dengan fokus pada Timur Tengah, pertahanan nasional, WMD, dan isu-isu kontraterorisme, melalui emailnya kepada West.

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Lopez mengaku heran, mengapa tidak ada media AS yang jeli dengan kalimat pembuka Bob Bergdahl setelah pernyataan Obama mengenai kebijakannya untuk segera menukar Sersan Bowe dengan tahanan di penjara Guantanamo, Kuba, yaitu 5 orang petinggi Taliban.

“Kalimat itu adalah “bismillah”, itu kalimat pembuka untuk semua surat di dalam Al-Quran,” tegas Lopez kepada West dalam emailnya.

Analisa Lopez disebut West sebagai hal yang memprihatinkan AS. Lebih dalam lagi, West menyatakan, ini adalah fakta bahwa “Islam” telah masuk ke Gedung Putih dan harus diterima masyarakat Amerika Serikat, “Bukan konspirasi dan bukan isu”.

Apalagi Obama menampakkan pelukan bersahabat dengan Bob, yang diragukan nasionalismenya dan dituduh pro-Islam.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Dengan sebab ucapan “bismillah”, maka kini West menyebarkan wacana kepada masyarakat AS guna meragukan kesetiaan Bergdahl sekeluarga terhadap negaranya.

Namun beberapa kalangan di media sosial belum yakin sepenuhnya apakah mereka sudah memeluk Islam, karena Bob dan istrinya tidak beratribut Muslim secara lengkap dan tidak mengucapkan salam pada pernyataannya di video tersebut.

Sersan Bergdahl sendiri, terakhir terpublikasi melalui video yang dirilis Taliban pada April lalu, nampak sehat dan memeragakan gerakan push-up, lantas bermohon agar dibebaskan oleh Pemerintah AS melalui pertukaran tahanan Taliban.

Sementara itu, pada pemberitaan Daily Mail di Inggris, seorang deputi komandan Taliban di distrik Paktika—lokasi basis militer dimana Bowe bertugas dan diculik—yang menyebut dirinya Haji Nadeem, mengatakan bahwa Bowe mengajarinya cara membongkar telepon selular dan mengubahnya menjadi remote control untuk sebuah bom pinggir jalan.

Haji Nadeem mengatakan bahwa ia juga menerima pelatihan dasar penyergapan dari tentara AS. Namun semua pelatihan dasar yang Bowe ajarkan kepada mujahidin sebenarnya sudah dikuasai oleh mujahidin Afghanistan sejak lama sebelumnya.

Seperti ketrampilan membuat bom remote control jarak jauh yang disebut IED (Improved Electronic Device) adalah teknologi tercanggih yang dikuasai oleh mujahidin Al-Qaidah sejak sebelum Bowe ditangkap.

Sumber dan link video Bob Bergdahl mengucapkan kata “bismillah”:

https://www.facebook.com/photo.php?v=1407140239573824&fref=nf

Belum Bisa Bertemu Keluarga

Orang tua Bergdahl merilis sebuah pernyataan dengan susunan kata yang hati-hati setelah anaknya kembali ke Amerika Serikat.

“Keluarga Bergdahl gembira bahwa putra mereka telah kembali ke Amerika Serikat, tapi Tuan dan Nyonya Bergdahl tidak berniat untuk menemui masyarakat,” kata pernyataan yang dikeluarkan melalui media Idaho National Guard. “Mereka meminta lanjutan privasi karena mereka berkonsentrasi pada reintegrasi anak mereka.”

Bergdahl secara tekhnis masih di Angkatan Darat. Ia bisa kembali ke unitnya di Alaska, dipindahkan atau diberhentikan.

Dokter mengatakan tidak ada target waktu bagi Bergdahl untuk menyelesaikan reintegrasi. Umumnya, semakin lama tawanan diisolasi, semakin lama waktu yang dibutuhkan baginya untuk berintegrasi. Tapi banyak juga yang tergantung pada kemauan individu untuk pulih dengan cepat.

Kolonel Bradley Poppen, seorang psikolog Angkatan Darat yang telah bekerja dengan Bergdahl, mengatakan bahwa Bergdahl tidak melihat laporan-laporan media mengenai pembebasannya atau diskusi-diskusi di kalangan tentara. (P09/R2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Sumber: BBC, LA Times, Facebook, Wikipedia, Al jazeera, Media Islamia

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional