Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mogok Makan Protes Penahanannya, Mantan PM Tunisia Masuk Rumah Sakit

Rudi Hendrik - Ahad, 26 Juni 2022 - 17:58 WIB

Ahad, 26 Juni 2022 - 17:58 WIB

1 Views

Mantan Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali. (Foto: (AP Photo/Hassene Dridi))

Tunis, MINA – Mantan Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali telah dikirin ke rumah sakit setelah melakukan mogok makan yang ketat dan menolak pengobatan, sebagai protes atas penahanannya, Jumat (24/6), menurut pengacaranya.

“Kondisinya memburuk dengan cepat karena dia melakukan mogok makan dengan ketat tanpa minum obat,” kata Samir Dilo di facebook setelah mantan pemimpin Ennahda itu dipindahkan ke fasilitas medis di Tunis.

Menurut keluarga, jaksa Tunisia secara resmi mengizinkan Jebali meminum obatnya, tetapi petugas keamanan tidak memberikan akses.

Wahida Jebali, istri mantan PM tersebut, memberi tahu wartawan bahwa suaminya menderita sejumlah penyakit yang memerlukan pengobatan terus-menerus, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Wahida mengatakan, jika dia tidak minum obat tepat waktu, nyawa suaminya bisa dalam bahaya.

Keluarganya mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka menganggap presiden Tunisia saat ini, Kais Saied, bertanggung jawab atas “keamanan fisik dan psikologis” mantan perdana menteri itu.

Suaminya ditangkap pada hari Kamis (23/6) di Sousse dengan tuduhan pencucian uang, lalu dibawa ke markas anti-terorisme di ibu kota Tunis.

Dia memulai mogok makan dalam sebuah pengumuman yang dibuat melalui pengacaranya, menuduh pihak berwenang Tunisia “menculik” dia dan menolak makanan padat dan cair sampai dia dibebaskan.

Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza   

Stasiun radio swasta Mosaique FM mengatakan, Jebali ditahan oleh polisi anti-teroris “karena dicurigai melakukan pencucian uang.”

Jebali memimpin pemerintah Tunisia dari Desember 2011, setahun setelah dimulainya revolusi negara itu, hingga pengunduran dirinya pada awal 2013, menyusul pembunuhan aktivis kiri Chokri Belaid.

Pada tahun 2014 ia berhenti dari politik dan meninggalkan Partai Ennahdha. (T/RI-1/P1)

 

Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda