Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MUDIK AJANG SILATURRAHIM

Admin - Jumat, 25 Juli 2014 - 20:22 WIB

Jumat, 25 Juli 2014 - 20:22 WIB

2255 Views ㅤ

silaturahimOleh : Shobariyah jamilah/ Wartawati Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ramadhan sudah di penghujung bulan dan Idul Fitri akan datang. Sudah menjadi budaya dan rutinitas tahunan umat islam di Indonesia dengan menyambut hari raya Idul Fitri dengan mempersiapkan dengan membuat kue lebaran, ada yang sudah mempersiapkan untuk membeli perlengkapan lebaran serba baru, dan ada yang mempersiapkan untuk pulang ke kampung halamannya atau biasa disebut dengan “Mudik”.

Banyak umat Islam di tanah air yang biasa merayakannya dengan pulang kampung, bertemu keluarga, orang tua dan saudara dengan perasaan senang bercampur haru. Sungguh sebuah kegembiraan yang tak tergantikan dengan apapun.

Ada yang rela menghabiskan uang untuk membeli tiket yang harganya naik berlipat-lipat. Ada yang menghabiskan waktu perjalanan di bis, kereta, kapal semalaman bahkan kadang ada yang berhari-hari untuk sampai di tempat tujuan.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Hari raya idul Fitri tidak hanya sebagai kesempatan untuk berlibur hari raya saja namun hal yang terpenting merupakan momen yang paling pas setiap setahun sekali sebagai ajang untuk bersilaturrahim dan berkumpul bersama keluarga dan saudara-saudara setelah lama bekerja atau kuliah meninggalkan kampung halaman.

Maka, itulah sebabnya, bersilaturrahim dengan keluarga, atau disebut mudik dirasakan menjadi sangat penting. Sekalipun kadang sedemikian mahal dan berat, maka tetap saja dijalani. Silaturrahmi tidak harus mengunjungi saja namun pada zaman saat ini silaturrahim juga bisa diganti dengan alat modern, seperti berkirim kartu lebaran, atau berkomunikasi melalui facebook, scrib, tilpun, e mail, atau lainnya. Bagi keluarga dekat akan lebih sempurna jika mereka saling datang dan bertemu.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saudaranya dan bersilaturrahim atau menjalin hubungan persaudaraan, Rosulullah Shalallhu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kaum muslimin untuk mengenali kerabat, dan keluarga dekat, sehingga dimungkinkan untuk menyambung tali silaturrahim, mendekati, mengasihi, serta berbuat baik kepada merekka dan hal ini tidak hanya pada saat menjelang idul fitri saja namun juga pada hari-hari lain.

1. Pengertian Silaturrahim

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Kata-kata “silaturrahim” atau “silaturrahmi” itu berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata; silat dan ar-rahim atau ar-rahmi ( صلة الرحم) Silat atau silah artinya sambungan atau menyambung atau menjalin atau menghubungkan. Sedang ar-rahim atau ar-rahmi dari satu akar kata yang sama yaitu rahima – yarhamu yang asal katanya kasih sayang atau mengasihi.
Maka silaturrahim atau silaturrahmi adalah menyambung tali kasih sayang(kekerabatan).

Makna “ar-rahim” adalah para kerabat dekat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Ar-rahim” secara umum adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antara mereka terdapat garis nasab (keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahram atau tidak.”

Menurut pendapat lain, mereka adalah maharim (para kerabat dekat yang haram dinikahi) saja. Pendapat pertama lebih kuat, sebab menurut batasan yang kedua, anak-anak paman dan anak-anak bibi bukan kerabat dekat karena tidak termasuk yang haram dinikahi, padahal tidak demikian.”

Silaturrahim, sebagaimana dikatakan oleh Al-Mulla Ali Al-Qari adalah kinayah (ungkapan/sindiran) tentang berbuat baik kepada para karib kerabat dekat –baik menurut garis keturunan maupun perkawinan– berlemah lembut dan mengasihi mereka serta menjaga keadaan mereka.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

2. Manfaat Silaturrahim

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya”.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ”.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung kekerabatannya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbicara yang baik atau hendaklah ia diam”. (HR. al-Bukhari).

Islam memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim, dan menjadikannya sebagai sarana untuk menambah rezeki, makna kelapangan rezeki dalam hadits ini adalah rezeki yang berkah. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat adalah sedekah, sedangkan sedekah itu bisa melipatgandakan dan menambah jumlah harta dalam kelipatan yang luar biasa.

Demikian besarnya pengaruh silaturrahim dalam berkembangnya harta benda dan menjauhkan kemiskinan, sampai-sampai ahli maksiat pun, disebabkan oleh silaturrahim, harta mereka bisa berkembang, semakin banyak jumlahnya dan mereka jauh dari kefakiran, karena karunia Allah.

Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Bakrah dari Nabi bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya keta’atan yang paling disegerakan pahalanya adalah silaturrahim. Bahkan hingga suatu keluarga yang ahli maskiat pun, harta mereka bisa berkembang dan jumlah mereka bertambah banyak jika mereka saling bersilaturrahim. Dan tidaklah ada suatu keluarga yang saling bersilaturrahim kemudian mereka membutuhkan (kekurangan).

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

3. Sarana untuk Silaturrahim

Sebagian orang menyempitkan makna silaturrahim hanya dalam masalah harta. Pembatasan ini tidaklah benar. Sebab yang dimaksud silaturrahim lebih luas dari itu. Silaturrahim adalah usaha untuk memberikan kebaikan kepada kerabat dekat serta (upaya) untuk menolak keburukan dari mereka, baik dengan harta atau dengan lainnya.

Imam Ibnu Abu Jamrah berkata: “Silaturrahim itu bisa dengan harta, dengan memberikan kebutuhan mereka, dengan menolak keburukan dari mereka, dengan wajah yang berseri-seri serta dengan do’a.”

Makna silaturrahim yang lengkap adalah memberikan apa saja yang mungkin diberikan dari segala bentuk kebaikan, serta menolak apa saja yang mungkin bisa ditolak dari keburukan sesuai dengan kemampuannya (kepada kerabat dekat).

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

4. Balasan bagi orang yang memutuskan silaturahim

Hukum memutuskan hubungan silaturahmi adalah HARAM dan termasuk DOSA BESAR. Karena pelakunya terancam dengan hukuman yang Allah segerakan di dunia, disamping ia juga terancam masuk ke dalam api Neraka di akhirat kelak.

Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ ) يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Dari Jubair bin Muth’im Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan masuk surga seorang pemutus, yaitu pemutus tali silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan diriwayatkan dari Abu Bakroh radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

Artinya: “Tidak ada suatu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia ini -disamping dosa yang disimpan untuknya di akhirat- daripada perbuatan Zholim (melampaui batas) dan memutuskan tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat, pent-).” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah). (T/P010/R2)

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Sumber :

Dr.Fadhl Ilahi, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah
Adnan Tharsyah, Kiat Menjadi Wanita Seutuhnya

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom