Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan Senin 6 Juni

Jakarta,  23 Sya’ban 1437/31 Mei 2016 (MINA) – Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan maklumat  bahwa 1437 akan dimulai pada Senin, 6 Juni 2016.

Dalam Maklumat penetapan hasil hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris Umum Abdul Mu’ti tersebut, juga menetapkan Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal 1437 Hijriyah akan jatuh pada hari Rabu, 6 Juli 2016.

Pada laman resmi Muhammadiyah disebutkan bahwa hal itu berdasarkan pergitungan hisab, ijtimak jelang Ramadan 1437 terjadi pada hari Ahad Legi, 5 Juni 2016 M pukul 10:01:51 WIB.

Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( f= -07°48¢  dan l= 110°21¢BT) = +04°01¢58² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu Bulan berada di atas ufuk.

NU dan Pemerintah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan,  kalau memang pada saat rukyah 29 Sya’ban hari Ahad  (25/6) hilal terlihat, kemungkinan awal Ramadhan bisa bersama,” ujar Katib Syuriyah PBNU, KH Sadullah Affandy beberapa waktu lalu.

Menurut Sadullah peluang 1 Ramadan jatuh pada 6 Juni 2016 memang cukup besar. Berdasarkan penghitungan kalender (hisab) akhir bulan Syaban pada 5 Juni 2016.

“Tapi kita harus rukyah dulu di akhir Syaban untuk melihat ada tidaknya hilal (bulan baru). Kalau memang ada berarti Ramadan jatuh pada Senin 6 Juni. Cukup terbuka memang, kalau hisab kita sudah sama, tapi kita mengutamakan pada rukyah,” kata Sadullah.

Sadullah melanjutkan PBNU sendiri di setiap pelaksanaan rukyah menerjunkan tim pemantau hilal yang berlokasi di sejumlah titik di setiap provinsi. Dia mengatakan tim-tim ini yang nantinya akan bekerja menentukan ada tidaknya bulan baru yang muncul di daerahnya masing-masing.

Sementara itu, Kementerian Agama RI akan menggelar sidang itsbat (penetapan) awal bulan Ramadlan 1437 pada Ahad, 5 Juni mendatang. Melalui mekanisme sidang itsbat tersebut, Kemenag akan menetapkan kapan berakhirnya bulan Syaban dan kapan awal puasa Ramadhan  1437.

Sidang itsbat akan dihadiri oleh perwakilan ormas-ormas Islam di seluruh Indonesia, serta para duta besar negara sahabat. Proses sidang akan dimulai pukul 17.00 WIB, diawali dengan pemaparan dari Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama tentang posisi hilal menjelang awal Ramadlan 1437. Adapun proses sidang itsbatnya, dijadwalkan berlangsung selepas salat Magrib setelah adanya laporan hasil dari lokasi pemantauan di seluruh Indonesia.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan kalau seperti tahun lalu, proses sidang itsbat akan dilakukan secara tertutup. Menurut Menag, karena hal terpenting yang dibutuhkan masyarakat adalah hasilnya, bukan perdebatannya. Jadi, biarkan suasana perdebatan menjadi panggung tersendiri.  “Perdebatan dalam isbat awal ramadlan bukan konsumsi publik. Perdebatan para ahli, kalau dikonsumsi masyarakat umum khawatir justru berpotensi memunculkan salah faham,” kata Menag, pada Jumat (27/5) lalu.

Dewan Hisab dan Rukyat

Lainnya, Dewan Hisab dan Rukyat (DHR) Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menyebutkan, berdasarkan hisab falakiyah Ibnu Asy-Syathir Ad-Dimasyqi, ijtima pada hari Ahad 5 Juni 2016 M pukul 9.02 WZ Jakarta dan pada pukul 5.02 WZ Umul-Quro Makkah Al-Mukarramah , dan menurut Markaz Falak Ad-Dauliy (Internasional) pukul 3.00 GMT .

Ijtima terletak di buruj Jauza 13.32 drj dan di manzilah Dabron 3.32 drj . Maka rukyatul hilal pada Ahad sore 29 Sya’ban 1437 H , mungkin bisa terlihat dengan mata telanjang karena tinggi hilal di Jakarta 4.28 drj lamanya hilal 17.55 , dan tinggi hilal di Makkah 6.28 , dan lamanya hilal 25.55 menit . Makwamul hilal di buruj Jauza 18.01 drj dan di manzilah Dabron 7.01 drj . Posisi hilal di Sha’idatus Syimaliyah , di utara khatul-Istiwa dan di utara bekas matahari sebelum terbenam dan miring ke utara.

Berdasarkan itu, seperti disebutkan Lajnah Hisab dan Rukyat Jam’iyah Mathla’ul Anwar di Jakarta, menjelaskan bahwa berdasarkan hisab falakiyah Ibnu Asy-Syathir itu menunjukkan bahwa diprediksi hari Senin 6 Juni 2016 adalah awal bulan Ramadhan 1437 H.

Wahyu Iwa menambahkan, pada penentuan awal bulan Ramadhan 1437 tahun ini terdapat peluang di setiap tempat di berbagai negara bulan akan terlihat.

Sekretaris DHR Wahyu Iwa Sumantri menuturkan, di manapun tempat ketika terlihat bulan, maka itu sudah bisa menjadi penentu datangnya awal bulan Ramadhan.

“Dalam rukyat, sesuai dengan dalil, kita mengikuti adanya persaksian atas hilal. Jadi, di manapun dilaporkan terlihat hilal, maka itu bisa ditetapkan. Sehingga esoknya sudah memasuki bulan baru,” jelasnya. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.