Jogjakarta, 25 Sya’ban 1437/2 Juni 2016 (MINA) – Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah, Muhammad Rofiq mengatakan, organisasinya siap menindaklanjuti hasil kongres Turki dengan melakukan sosialisasi agar menjadi cara pandang bersama umat Islam di Indonesia.
Rofiq menambahkan, Majelis Tarjih dan Tajdid akan segera bertemu dengan PP Muhammadiyah, melaporkan hasil dari Kongres Persatuan Kalender Hijriyah Internasional (International Hijri Taqwim Unity Congres) di Istambul, Turki yang berakhir, Selasa (30/5) lalu.
“Kalender Global Unifikatif dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia adalah cita-cita dan orientasi Muhammadiyah sejak lama. Selain itu, kehadiran kalender Islam juga menjadi hutang peradaban Islam yang harus terbayar,” ujarnya.
Kongres Turki merupakan upaya menyatukan negara-negara Islam di seluruh dunia dalam hal Kalender Hijriyah yang berlaku secara global. Kongres ini menerima dan mempresentasikan berbagai ide yang bisa menghasilkan sebuah kalender hijriyah atau sebuah sistem kalender yang diakui dan digunakan bersama oleh seluruh negeri muslim di dunia.
Perbedaan pendapat mengenai penentuan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal di Indonesia sudah terjadi sejak lama. Hal ini muncul karena adanya perbedaan metode penentuan, secara garis besar yang pertama menggunakan rukyat (melihat langsung posisi bulan) dan yang kedua menggunakan hisab (perhitungan kalender). Apabila perbedaan ini dibiarkan begitu saja maka umat Islam di Indonesia selamanya akan terus menerus mendebatkan hal ini tanpa mencari jalan keluarnya.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, sebelumnya mengatakan bahwa unifikasi kalender umat Islam adalah hutang dan tuntutan peradaban, mengingat usia Islam sudah cukup panjang tetapi belum mampu membuat sistem kalender unifikatif yang akurat dan syar’i.
“Ketiadaan kalender pemersatu dan keharusan kita untuk mewujudkannya inilah yang kita sebut sebagai hutang dan tuntutan peradaban, harus kita bayar segera,” ungkapnya.
Kesepakatan Kongres Turki
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Pernyataan Muhammadiyah itu memang terkait dengan Kongres Ulama Muslim di Turki, dari seluruh dunia yang menyepakati perlunya kalender Islam bersatu untuk menentukan awal Ramadhan, Hari Raya dan hari-hari besar Islam lainnya.
“Kongres telah memilih kalender tunggal untuk berlaku di seluruh dunia,” kata Mehmet Gormez, Kepala Direktorat Departemen Agama Turki.
Dia mengatakan, satunya kalender Hijriah tersebut akan disampaikan kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk diterapkan di negara-negara anggotanya.
Hasil kongres menyebutkan penyatuan kalender Islam internasional itu untuk dapat menentukan ibadah seperti seperti awal Ramadhan dan haji.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
“Interpretasi yang berbeda telah menyebabkan umat Islam di seluruh dunia melaksanakan awal Ramadhan maupun Hari Raya pada hari yang berbeda”, imbuhnya.
Dalam pelaksanaan dua hari kongres juga membentuk tim ahli yang terdiri dari ulama, astronom dan pejabat untuk membuat kalender Hijriyah terpadu internasional.
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengatakan, pertemuan dilaksanakan sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan perselisihan di dunia Islam dalam menentukan satunya Kalender Islam.
Sementara itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam sambutannya mengucapkan selamat atas terselenggaranya kongres, disebutkan media setempat Hurriyet Daily.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
“Saya percaya bahwa peta jalan yang akan diungkapkan oleh para ulama, ilmuwan dan para astronom akan membantu untuk menemukan solusi permanen dan untuk mengupayakan kesatuan kalender Hijriyah,” kata Erdogan. (P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan