Jakarta, MINA – Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan Halaqoh Dakwah dengan tema “Memetakan Narasi Dakwah di Media Sosial” di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Jumat (22/4).
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Ahmad Zubaidi memperihatinkan kondisi dakwah di media sosial yang akhir-akhir ini semakin marak disuarakan. Pasalnya, semua orang memiliki hak berpendapat dan sejauh ini tidak bisa dipastikan kebenaran dakwah yang mereka sampaikan.
“Medsos menjadi ladang pertarungan ideologi kelompok satu dengan yang lain. Dakwah di medsos di satu sisi begitu ramai, begitu variatif ya namun di sisi lain kadang kita tidak tahu arahnya mau ke mana,” kata Zubaidi.
Menurutnya, masyarakat gunakan Medsos sebagai rujukan utama dalam mencari sumber pengetahuan, utamanya dalam hal keagamaan. Kondisi ini dihadapkan dengan ketidaksiapan masyarakat menyikapi informasi beragam, dan lemahnya lembaga penyiaran sebagai alat kontrol untuk mengantisipasi.
Baca Juga: Syubban Fatayat Masjid At-Taqwa Cibubur Gelar Program Youth Camp di Purwakarta
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), misalnya, kewenangan yang dimiliki belum sampai pada ranah mengatur Medsos yang berkembang, dan hanya terbatas pada siaran radio maupun televisi yang di bawah kendalinya.
Kondisi itu, menurut Zubaidi, menuntut kemandirian personal, baik dalam bersikap maupun mengidentifikasi konten yang tidak sesuai dengan kode etik penyiaran.
Halaqoh Dakwah in juga dihadiri pakar media sosial, Ismail Fahmi dan Ketua MUI bidang Dakwah, KH Cholil Nafis,
“Halaqoh Dakwah ini dapat membekali kedisiplinan pribadi dai digital, yakni kemampuan mengidentifikasi dinamika isu dan narasi yang berkembang dengan pengetahuan objektif dan moderat, juga bisa melakukan usaha-usaha preventif,” ujarnya.
Baca Juga: UAR Beri Pelatihan Mitigasi Bencana di SDN Ragunan 05 Pagi Jaksel
Ia mengakui ada banyak kelemahan berdakwah di Medsos, seperti psikologi batin antara dai dan jamaah yang bertemu langsung di suatu majelis, atau ikatan silaturrahim antara jamaah yang satu dan lain, tentu keberadaannya membentuk pemahaman berbeda dalam memahami narasi keagamaan. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gunung Dempo di Sumsel Erupsi, Status Level II Waspada