Jakarta, 4 Jumadil Akhir 1438/3 Maret 2017 (MINA) – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa’adi menilai kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud dan Indonesia memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan Islam Wasathiyah (moderat).
“ Yang pertama Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai tasamuh (toleransi) dan tawazun (keseimbangan), Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Bukan Islam yang ekstrim (tatharruf), baik ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Bukan Islam yang melampaui batas dan juga bukan Islam radikal yang menjurus kepada tindakan terorisme,” kata Zainut kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Jumat (3/3).
“Diharapkan kunjungan Raja Salman dapat menekan kelompok-kelompok radikal dan terorisme, sehingga gerakannya dapat ditangkal dan daya rusaknya tidak meluas,” ujar Zainut.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Lebih jauh dikatakannya kunjungan Raja Salman juga diharapkan dapat meletakkan dasar-dasar toleransi dan persaudaraan antar umat Islam, khususnya dalam pengamalan ajaran agama yang sering kali terusik karena adanya perbedaan pandangan dan ijtihad khususnya masalah cabang dalam ajaran agama (furu’iyah).
“Sehingga terbangun saling menghormati, saling menolong dalam hal yang sudah disepakati dan saling menenggang dalam hal yang berbeda,” tambah Zainut.
Yang kedua melawan radikalisme dan terorisme Komitmen Raja Salman untuk melawan dan memerangi faham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi, katanya.
“Pemerintah Indonesia harus menangkap peluang ini, untuk menindak-lanjuti melalui langkah strategis dalam bentuk kerja sama di bidang pendidikan, dakwah dan propaganda secara massif pentingnya mengembangkan Islam wasathiyah (moderat), Islam yang damai dan Islam rahmatan lil alamin,” kata Zainut.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Harus diakui, katanya, bahwa sebagian besar umat Islam Indonesia adalah menganut faham ajaran agama Islam yang moderat (mainstream). Kalau ada kelompok yang mengusung faham radikal sebenarnya jumlahnya tidak banyak. Faham radikal yang menjadi akar dari terorisme itu merupakan gerakan transnasional yang tidak hanya berkembang di Indonesia tetapi juga berkembang di banyak negara.
Ia mengatakan, radikalisme atau terorisme itu sendiri muncul bukan semata karena bersumber dari faham keagamaan tapi juga bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, ketidak-adilan dan perlakuan yang diskriminatif penguasa terhadap kelompok masyarakat tertentu. Sehingga menimbulkan bentuk perlawanan dan pembangkangan. Untuk itu komitmen Raja Salman memerangi faham radikalisme dan terorisme patut diapresiasi.
Yang ketiga Kerjasama Kedua Kawasan. Negara Arab Saudi merupakan negara yang memiliki pengaruh yang cukup besar baik di kawasan Timur Tengah maupun di dunia Internasional.
Sehingga posisi tersebut bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, untuk menekan dunia Internasional atas kemerdekaan negara Palestina. Dan lebih dari itu kerja sama bilateral antara Arab Saudi dengan Indonesia akan menentukan stabilitas keamanan di kedua kawasan. (L/R03/P1)
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama