Museum Al-Quran Raksasa di Palembang

foto: Aysah
Ornamen interior di Museum Al-Quran Raksasa di . (Foto: Aysah/MINA)

Palembang sebagai ibukota Sumatera Selatan yang pernah menjadi pusat peradaban Kerajaan Sriwijaya ini terdapat banyak objek wisata syariah terbaik.

Salah satunya Museum Al-Quran Raksasa, Bait Al-Quran Al-akbar yang berlokasi di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW 01 Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, atau tepatnya di Pondok Pesantren Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.

Berdirinya Bait Al-Quran Raksasa ini dimulai dari tahun 2002-2009, tetapi baru diresmikan secara umum atau dibuka pada 30 Januari 2012 oleh Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia yang ke-6.

H. Syofatillah Mohzaib, S.Sos.I ialah orang yang mempunyai ide sekaligus penulis Al-Qur’an Akbar ini dan untuk pembuatannya tersebut dibentuk tim yang berjumlah 35 orang.

Syofatillah mendirikan Al-Quran Akbar yang pertama tidak lain bertujuan untuk mensyi’arkan, khususnya bagi umat Islam atau warga Palembang agar bisa mencintai dan menghargai Al-Quran. “Dia juga ingin melalui museum ini meningkatkan pariwisata religi,” kata Syarkoni pengurus Museum Al-Quran Raksasa Palembang kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Al-Quran Raksasa itu terbesar dan pertama di dunia dengan bentuk mushaf Al-Quran Raksasa terdiri dari 30 juz, namun yang terpajang baru separuhnya atau 15 juz, sementara sisanya masih disimpan dan belum terpasang.

Sejumlah 30 juz ayat suci Al-Quran berhasil dipahat/diukir ala khas Palembang dalam lembar kayu dan menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu trembesi atau setingkat kayu jati dengan biaya tidak kurang Rp 2 miliar, di mana masing-masing lembar ukuran halamannya 177 x 140 x 2,5 sentimeter dan tebal keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 meter serta berat satu keping kayunya rata-rata 50 kg.

Dari 30 Juz Al-quran tersebut jika dihitung perlembar atau perkepingnya berjumlah 315 lembar. Ornamen atau bingkainya memiliki ukiran khas budaya Palembang tetapi corak dan warnanya tidak lepas dari pengaruh kebudayaan Cina.

Proses pembuatannya sendiri memakan waktu relatif lama, sekitar tujuh tahunan. Al-Quran yang terdiri dari 630 halaman itu juga dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman bagi pemula.

Al-Quran terbesar itu sebelum resmi dipublikasikan, sengaja di pajang seluruh ayat-ayat suci di dalam ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun untuk mendapat koreksi dari seluruh umat.

Pada akhir 2011, Al-Quran tersebut dinilai layak untuk dipublikasikan dan pada Senin, 30 Januari 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama seluruh delegasi konferensi parlemen Organisasi Konferensi Islam (OKI) meresmikan penggunaan Al-Quran yang disebut sebagai Al-Quran terbesar yang dicetak di atas lembaran kayu trembesi.

Al-Quran yang proses pemahatannya berlangsung pada 2003 sampai 2008 itu sebelumnya sempat dipamerkan dan disimpan di Masid Agung Palembang.(L/AE/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)