Yangon, 3 Sya’ban 1428/29 April 2017 (MINA) – New New Oo, 50 tahun, yang janda, awalnya gembira dan menyambut baik berita tentang penutupan kamp pengungsi tempat dia tinggal bersama keluarganya sejak tahun 2012.
“Awalnya, kami senang bahwa kami akan segera pulang,” ujarnya kepada Anadolu Agency, Jumat (28/4), yang berkunjung ke gubuk kecilnya di pinggiran Yangon tempat dia sekarang tinggal dengan kedua putrinya yang sudah dewasa.
“Tapi kami juga merasa takut karena kami tidak tahu apakah akan aman tinggal di antara orang-orang yang menghancurkan properti kami,” ia menambahkan.
New Oo dan anak-anaknya adalah Muslim dari suku Kaman. Seperti rekan-rekan yang seagama dengan mereka, Rohingya, Muslim Kaman dijadikan target oleh kalangan nasionalis Buddha dalam kekerasan etnis yang meletus di Rakhine lima tahun lalu.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Setelah rumah mereka dibakar, perempuan berusia 50 tahun, yang suaminya meninggal 10 tahun yang lalu, itu dan anak-anaknya adalah di antara 54 keluarga Kaman lainnya yang pindah ke sebuah kamp yang hanya beberapa ratus meter dari reruntuhan rumah mereka di Ramree, selatan Rakhine.
Tiga pekan yang lalu, dia mendengar pihak berwenang menutup kamp dan sangat senang dengan prospek untuk membangun kembali hidupnya.
Namun, sepekan kemudian ditutup dan dia ditawari uang tunai – 500.000 kyats Myanmar (Rp4,8 juta) per keluarga dan 100.000 kyats (Rp974 ribu) untuk setiap anggota keluarga – untuk membantu keluarganya bermukim di Yangon, kota terbesar di Myanmar.
Para keluarga di Ramree juga menawarkan transportasi gratis ke kota tersebut.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
“Sebenarnya, kami tidak menginginkan uang itu tapi kami tidak punya pilihan,” kata New Oo. “Jadi kita ikuti saja rencana yang ditetapkan.”
Dia meninggalkan kota asalnya tempat ia dan keluarga tinggal beberapa generasi tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada tanahnya dan tiba di Yangon pada tanggal 19 April.
New Oo dan tetangganya adalah tahap pertama yang dimukimkan dari 335 rumah tangga – 215 Rohingya, 55 Kaman, dan 65 keluarga Buddha Rakhine – yang tinggal di tiga kamp di Rakhine selama lima tahun terakhir.
Secara keseluruhan, pemerintah berencana untuk memindahkan atau merelokasi sekitar 120.000 orang, kebanyakan warga Rohingya, dari Rakhine.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Meski telah terjadi perpindahan sejumlah besar orang, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi awal bulan ini membantah klaim pembersihan etnis di Rakhine.
Seorang pejabat Rakhine mengatakan umat Islam direlokasi karena mereka menghadapi ancaman dari komunitas mayoritas Buddha.
“Masih ada sekelompok umat Buddha ultra-nasionalis di Rakhine yang memandang Kaman sama seperti orang Bengal,” ujar pejabat yang meminta media tidak menuliskan namanya itu. (R11/P1)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris