Jakarta, 20 Jumadil Awwal 1436/11 Maret 2015 (MINA) – Mengomentari fenomena maraknya pemuda Muslim dunia berangkat ke Suriah secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya, seorang ulama Indonesia mengatakan keharusan seorang Muslim untuk berbuat “tertib” dalam pergi berjihad.
Narasumber kajian keislaman TV dan Radio Silaturahim Jakarta, Wahyudi KS, mengatakan seorang anak wajib memberitahu orang tuanya tentang keberangkatannya berjihad ke negeri konflik, merujuk sejarah kisah seorang sahabat yang meminta izin kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk pergi berperang.
“Jika seorang anak pergi berjihad secara diam-diam, tanpa diketahui orang tua sama sekali, ini bisa menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Semestinya tetap tertib,” kata Wahyudi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Selasa (10/3).
“Dalam Islam, Allah memberikan suatu tuntunan, tertib merupakan ciri khas dari umat Islam. Tidak bisa dianggap remeh. Terlebih jika anak tersebut belum lepas dari tanggungan orang tuanya, maka akan menimbulkan masalah bagi orang tua,” ujarnya.
Baca Juga: Peringati Hari Bakti PU ke-79, Pj Gubernur Jateng Pamerkan Capaian Infrastruktur
Namun akan berbeda permasalahannya, Wahyudi menjelaskan, jika kondisinya memerlukan panggilan jihad sebagai prioritas.
“Kondisi (seperti ini) tidak lagi berurusan kepada semua pihak. Jika melihat Quran Surat At-Taubah ayat 24, Allah, Rasul dan jihad fii sabilillah ini yang diutamakan,” ujar ulama juga Pemimpin PoNdok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor itu.
Wahyudi menegaskan, jika kondisinya normal, hendaknya seorang anak melakukan tertib dalam berangkat berjihad, yaitu atas izin orang tuanya. Tapi jika situasinya sudah darurat, maka prioritas adalah Allah, Rasul dan jihad.
“Kondisi darurat seperti ini, maka pusat komando adalah imam (pemimpin),” katanya.
Baca Juga: Akibat Cuaca Buruk Penyeberangan Pelabuhan Merak-Bakauheni Terhambat
Wahyudi meyakini, fenomena banyaknya pemuda yang berangkat ke Timur Tengah, terutama ke Suriah, mereka berangkat berjihad untuk meraih ridha Allah. Hanya pertanyaannya, katanya, apakah caranya dibenarkan.
Ustadz yang juga pakar pengobatan herbal tersebut mencontohkan apa yang terjadi di Gaza, Palestina. Warga Gaza mengaku tidak memerlukan bantuan Muslimin dunia dalam bentuk pasukan untuk melawan militer Israel ketika perang, tapi yang mereka perlukan adalah bantuan moril maupun materil.
“Umat Islam saat ini, belum saatnya mengirim pasukan ke Gaza, karena Gaza sendiri pun masih merasa mampu menghadapi Israel. Hanya mereka kekurangan fasilitas dan senjata, maka kita bantu untuk fasilitasnya,” ujar Wahyudi, lulusan Daurah Al-Quds di Yaman.
Mengenai Suriah, dia mengatakan “masih dalam kondisi simpang siur”.
Baca Juga: Ketua PWI Jabar Ingatkan Pentingnya Solidaritas Sesama Anggota
“Saya bertemu dengan seorang Muslim asal Malaysia yang sudah 15 kali bolak-balik ke Suriah. Dia mengatakan, jika ke Suriah dan tidak ada hubungan di sana, biasanya tidak terjamin keselamatannya,” ujarnya.
Menurutnya, Suriah adalah negeri konflik, di mana umat Islam berpihak pada penegak sunnah dan berhadapan dengan musuh Allah yang juga menggunakan “tangan kanan” kaum Muslimin.
“Ini memang program konspirasi internasional. Musuh-musuh Allah itu jmenggunakan tangan-tangan kaum Muslimin untuk menghantam kaum Muslimin itu sendiri,” tambahnya. (L/P001/R05)
Baca Juga: Diskominfo: Butuh Bantuan Pers untuk Berantas Hoaks di Medsos
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)