London, 27 Syawwal 1435/23 Agustus 2014 (MINA) – Meski angka kekerasan rasisme terhadap umat Islam menunjukkan peningkatan, namun semakin banyak perempuan muda Muslim di Eropa yang menantang penindasan itu dengan memilih mengenakan jilbab atau hijab.
“Saya akan menarik perhatian apa pun yang saya lakukan, jadi saya memungkinkan diri mengenakan jilbab,” kata Sumreen Farooq kepada media internasional. Ia adalah seorang asisten toko yang juga ikut sebagai relawan di sebuah Pusat Pemuda Islam di Leyton, London Timur.
Muslimah 18 tahun itu memutuskan mengenakan jilbab untuk menyatakan keimanannya kepada seluruh masyarakat setelah pernah dilecehkan di sebuah jalan di London, On Islam yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Shanza Ali (25) lulusan Master yang bekerja di sebuah organisasi non-profit yang dipimpin oleh seorang Muslim di London, mengatakan ia lahir di Pakistan dan ibunya Pakistan yang tidak pernah memakai jilbab. Namun, ia dan adiknya Sundas memilih berhijab pada usia sekitar 20 tahun.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Saya memutuskan berkomitmen sebagai seorang Muslim dan saya tidak pernah berhenti sejak itu,” kata Shanza kepada mediainternasional di rumah keluarganya di Walthamstow, London Timur.
“Itu membuat Muslimah lebih mudah menjauhkan diri dari hal-hal yang Anda tidak ingin melakukannya. Jika Anda tidak ingin pergi dugem, minum, atau memiliki hubungan di luar nikah, ini dapat membantu, juga bisa menjadi pengingat untuk menjadi orang baik dan memperlakukan orang lain dengan baik,” ujarnya.
Shaista Gohir, Ketua Jaringan Perempuan Muslim Inggris, mengatakan semakin banyak perempuan yang mengadopsi jilbab setelah peristiwa serangan 11 September terhadap Amerika Serikat dan serangan 7 Juli terhadap London.
Baginya, kedua serangan itu menempatkan Muslim di bawah pengawasan politik dan publik yang lebih besar.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Dia mengatakan, berhijab niqab wajah penuh adalah fenomena kecil di Inggris, yang dikenakan oleh sedikit perempuan, meski pun telah menjadi pusat perdebatan yang lebih luas di negara itu terkait integrasi dan nilai-nilai masyarakat Inggris. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan