MENJADI MUSLIMAH MANDIRI, MERAJUT ASA MELALUI BONEKA

industri rumah tangga pembuatan boneka milik Juriah di Citeureup Bogor. (Foto: Rana/MINA)
industri rumah tangga pembuatan milik Juriah di Citeureup Bogor. (Foto: Rana/MINA)

Wawancara Eksklusif Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan istri relawan Rumah Sakit Indonesia (RS Indonesia) di Jalur Gaza, Palestina.

Begitu berat ujian seorang istri yang ditinggal suaminya yang pergi jauh dalam waktu lama untuk berjihad menolong sesama. Begitu pula bagi Ibu Juriah, istri salah satu relawan RS Indonesia utusan Pondok Pesantren Al-Fatah yang bergabung dengan lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee () untuk mengemban amanah dalam misi kemanusiaan.

Pada 2012, Edy Abu Privo suami Juriah merupakan salah satu dari 27 relawan Indonesia yang diberangkatkan untuk tahap kedua pembangunan fisik RS Indonesia. Para relawan terdiri dari dokter, insinyur serta tenaga teknisi.

Saat itu, program pembangunan RS Indonesia yang dimulai sejak Mei 2011 sudah memasuki tahap 2 berupa pekerjaan Arsitektur dan ME (Mechanical Electrical), sehingga total jumlah tim adalah 33 orang. Edi bersama ke-26 relawan Indonesia dengan izin Allah dapat kembali ke tanah air pada Februari 2014.

Saat ditinggal suami selama dua tahun, Juriah dapat melewati dan mengarungi kehidupan tanpa suami di sisinya.

Kembangkan Industri Rumah Tangga

Kegiatan industri rumah tangga milik Juriah di Citeureup Bogor. (Foto: MINA)
Kegiatan industri rumah tangga pembuatan boneka milik Juriah di Citeureup Bogor. (Foto: MINA)

Untuk menopang ekonomi keluarga, perempuan kelahiran Bogor, 17 Mei 1975 itu pun mengembangkan usaha industri rumah tangga pembuatan boneka di rumahnya, Citeureup Bogor yang sudah dirintis sejak 2004 lalu.

“Saya kaget dan tidak percaya saat pertama kali mendengar kabar suami mendapatkan amanah untuk membantu pembangunan RS Indonesia di Gaza. Soalnya belum pernah ditinggal jauh oleh suami. Namun, semuanya saya serahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata dan terus berdoa kepada-Nya untuk mengikhlaskan kepergian suami,” kata Juriah.

Keputusan Juriah dan sang suami mendapat dukungan dari keluarga dan rekan-rekan, dengan keyakinan bahwa Allah telah memilih suaminya untuk mengemban amanah mulia membantu saudara sesama yang masih tertindas di Palestina.

“Alhamdulillah, saat itu para tetangga dan kerabat memberikan semangat dan motivasi. Saya yakin ini atas kehendak Allah,” tutur Juriah ibu dari dua anak, Privo (saat ini berusia 16 tahun, pelajar STM)  dan Eril (kini berusia 7 tahun, duduk di Kelas 2 MI).

Pelajaran yang didapat saat ditinggal suami berjihad, Juriah menuturkan, yakni berusaha untuk tetap tegar dan semangat meski sang suami tak ada di sisi. Dengan memupuk keyakinan kepada Allah, maka Dia pasti akan memberikan pertolongan pada hamba-Nya yang senantiasa bersabar dan ikhlas.

Seorang harus belajar hidup mandiri tanpa suami. Karena suatu saat kita akan sendiri juga. Menurutnya, niat juga menjadi penentu bagaimana seorang istri menjalani hidup ditinggal suami yang sedang berjihad. Niatkan selalu karena Allah semata dan jangan menggantungkan diri kepada manusia, cukup Allah satu-satunya tempat menggantungkan diri.

Kesabaran dan keikhlasan Juriyah berbuah kesuksesan. Usaha industri rumah tangga pembuatan boneka yang sudah berjalan selama 11 tahun hingga kini terus mengalami kemajuan.

Berawal dari pengalaman yang didapat saat bekerja di perusahaan boneka milik pengusaha Korea tak jauh dari rumahnya selama empat tahun dan didorong pemilik perusahaan untuk mengembangkan industri rumah tangga pembuatan boneka sendiri, kini pasar boneka buatan Juriah sudah merambah sampai ke luar pulau Jawa.

Sang pemilik perusahaan pun memberikan pinjaman mesin pembuatan boneka yang ditempatkan di rumah Juriah. Setelah tiga bulan, akhirnya Juriah dapat merintis usaha tersebut secara mandiri.

“Pertama kali saya sendirian membuat boneka dengan mesin pinjaman dari pemilik perusahaan pembuat boneka,” kata Juriah.

Kini terdapat lima orang pekerja di industri rumah tangga milik Juriah itu. Pekerja yang semuanya ibu rumah tangga, bekerja mulai pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Setiap harinya minimal 100 boneka dihasilkan para pekerja pembuatan boneka itu. Produksi setiap bulannya sekitar 3.000-4.000 boneka.

Home industri pembuatan boneka milik Juriah kini terdapat tujuh mesin bordir. Empat mesin bordir berada di rumahnya, sementara tiga lainnya di tempatkan di masing-masing rumah saudaranya.

Aneka jenis boneka yang dibuat dari yang berukuran kecil seperti gantungan kunci hingga ukuran besar. Harganya pun variatif antara lima ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.

Boleh dibilang bisnis pembuatan boneka Juriah merupakan bisnis keluarga. Bersama suaminya Edy Abu Privo menjadi salah satu staf ukhuwah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Bogor, Juriah berbagi tugas di mana dia fokus dalam produksi sementara sang suami mengatur pesanan dan kualitas bahan.

Menurutnya, kendala dalam menjalankan industri rumah tangga atau home industri yaitu pada pekerja dan bahan pembuatan boneka. Kemahiran pekerja dalam membuat boneka menentukan jumlah boneka yang dihasilkan setiap harinya. Kualitas bahan pembuatan boneka juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan.

Menekuni industri rumahan memang perlu keseriusan dan fokus untuk dapat bertahan menjalankan bisnis yang dijalani. Dalam industri rumah tangga pembuatan boneka, Juriah menjelaskan, kreatifitas dipacu agar dapat membuat desain boneka yang sesuai standar keinginan pasar.

Lika-liku dan jatuh bangun dialami Juriah bersama sang suami dalam menjalankan home industri Pembuatan Boneka. Dari kualitas bahan tidak sesuai standar pasar hingga kewalahan menerima pesanan. “Saat pertama kali merintis kami banyak menerima masukan dan kritikan dari pemesan. Hal itu menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas produk boneka kami,” ujarnya.

Namun, kini dari berbagai pengalamannya, kualitas produk boneka di home industri milik Juriah dapat terjaga. Bahkan, Juriah pernah menerima pesanan dari perusahaan-perusahaan ternama, seperti pesanan Trans Studio Bandung, hingga pesananan boneka dari perancang busana ternama Adjie Notonegoro dan lainnya.

Kesuksesan bisnis Juriah diakui juga berkat strategi jemput bola yang dijalankan. Suaminya rajin melakukan presentasi produk ke perusahaan, hotel, dan toko boneka. Home industri pembuatan Boneka Juriah melayani berbagai macam pembuatan boneka seperti boneka promosi, boneka souvenir, boneka yang laris di pasaran dan berbagai macam boneka lainnya.

Berbagi Ilmu

Juriah menyatakan, ilmu yang dimiliki dalam pembuatan boneka sebagai amanah, ia pun membagikan ilmu pembuatan boneka kepada para tetangga dan kerabatnya.

Dia menekankan pentingnya seorang istri berkhidmat yang memang menjadi tanggung jawabnya di rumah. Karena wanita merupakan pengurus rumah. Bahkan, jika terpaksa bekerja mencari nafkah membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu suami, diusahakan pekerjaannya di rumah.

Hal itu agar dapat lebih banyak waktu beribadah kepada Allah dan mendidik anak-anak mereka. “Jadilah seorang Muslimah mandiri untuk berjihad di jalan Allah,” tegas Juriah, pengurus Majelis Muslimah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Bogor itu.

Untuk Pembebasan Al-Aqsha

Kesuksesan Juriah mengelola industri rumah tangga selama 11 tahun, hingga kini pun tidak luput dari upayanya yang berupaya konsisten menjalankan ibadah kepada Allah, termasuk menyisihkan keuntungannya untuk bersedekah. Sedekah dapat meringankan hisab, juga dapat meringankan beban orang lain.

Keuntungan yang didapatkan dari industri rumah tangga pembuatan boneka sebagiannya disisihkan untuk disumbangkan demi meringankan penderitaan rakyat Palestina dan pembebasan Masjid Al-Aqsha.

Dia memegang prinsip “Jadikan apa pun yang kita miliki memberikan kebaikan atau manfaat bagi orang lain.”(R05/R03/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0