Kamp Al Roj, Suriah, MINA – Seorang wanita kelahiran Amerika Serikat (AS) yang mengaku menyesal bergabung dengan kelompok bersenjata Islamic State (ISIS) telah meminta lagi untuk pulang dari kamp pengungsi di Suriah, tempat dia tinggal bersama putranya yang kecil.
Namun Pemerintah AS menolak membiarkan Hoda Muthana kembali ke AS, dengan alasan bahwa dia bukan warga negara Amerika.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News yang diterbitkan Sabtu (9/11), Muthana mengatakan, dia “menyesali semua hal” yang dilakukan oleh ISIS, demikian Nahar Net melaporkan.
Muthana bergabung dengan ISIS pada 2014 setelah merangkul ideologi kelompok itu saat tinggal bersama keluarganya di Alabama.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Siapa pun yang percaya kepada Tuhan percaya bahwa setiap orang pantas mendapat kesempatan kedua, tidak peduli betapa berbahayanya dosa mereka,” kata Muthana.
Wawancara dilakukan di timur laut Suriah di kamp pengungsi Al-Roj yang dikendalikan oleh pasukan Kurdi, tempat Muthana tinggal bersama putranya yang berusia dua tahun, Adam.
Muthana mengatakan, dia khawatir akan nyawanya karena dia bisa menjadi sasaran oleh orang-orang di kamp yang belum meninggalkan ISIS.
“Saya tidak mendukung pemenggalan (IS) sejak hari pertama, sampai sekarang saya tidak mendukung kejahatan dan serangan bunuh diri mereka,” kata Muthana.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pemerintah AS telah memulangkan beberapa wanita Amerika yang terkait dengan ISIS, bersama dengan anak-anak mereka, tetapi tidak kepada Muthana.
Washington berargumen bahwa dia bukan warga negara AS meskipun dia dilahirkan di AS, karena dia adalah putri seorang diplomat yang melayani pemerintah Yaman pada saat itu.
Anak-anak diplomat asing yang tinggal di AS tidak mendapat kewarganegaraan dengan hak lahirnya.
Muthana telah mengajukan gugatan untuk mencoba pulang ke AS. Dia telah melakukan perjalanan ke Suriah dengan paspor AS. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)