Oleh Shobariyah Jamilah/Wartawati Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Pendidikan adalah hal yang harus diutamakan demi terciptanya generasi masa depan yang cerdas, berkualitas dan juga berakhlakul karimah. Sebagian masyarakat yang tidak mampu berhenti melanjutkan pendidikannya karena faktor ekonomi yang kurang mencukupi, namun saat ini ekonomi bukanlah menjadi kendala untuk menlanjutkan pendidikan sampai selesai.
Sekolah dengan sistem boarding school yang gratis? tanpa uang SPP, uang asrama, dana tambahan untuk keterampilan khusus? Dimana para peserta didiknya belajar tentang ilmu-ilmu agama dan umum serta pelatihan kewira-usahaan.
Jenjang pendidikannya dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi? Dan semua itu benar-benar gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun? Bahkan makan-minum seluruh santrinya ditanggung oleh pengelola? Adakah?
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Itulah yang dilakukan Umi Waheeda, seorang Muslimah asal Singapura yang berpindah Kewarganegaraan menjadi WNI (Warga Negara Indonesia), bersama suaminya Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim atau biasa disapa Abah, dengan kegigihannya mereka mendirikan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Boarding School, tepatnya Jl. Nurul Iman No 01 RT 01 RW 01 Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, dengan jumlah santri dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi berkisar lima belas ribuan orang putera-puteri.
Ia lahir di Singapura, 14 Januari 1968 dari pasangan Ibu Safinah binti Abdurrahman dan Bapak Abdurrahman bin Adnan. Anak pertama dari empat bersaudara. Bersama adik-adiknya Zakhina, Umar dan Sai binti Abdurrahman dibesarkan di kota modern I Queens Town-Singapura dan hidup di lingkungan modern yang serba ada.
Ia adalah seorang wanita dan seorang Ibu single parent yang memiliki 8 putera-puteri, demi melanjutkan amanah sepeninggal suami tercinta berpulang ke rahmatullah pada Jum’at, 12 November 2010. Dengan memberikan pesaan “”Pondok Pesantren Nurul Iman harus tetap gratis sampai hari kiamat”. Sejumput amanah yang nampak sederhana, berat, tapi mulya.
Demi mengelola Pesantren dan menggratiskan pendidikan serta biaya hidup termasuk makan kepada 15.000-an santri setiap harinya ia harus berfikir keras menyediakan sebanyak 7 ton beras serta kebutuhan lainnya.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Cita-citanya mulia, ingin menjadikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School yang dikelolanya itu sebagai modal pendidikan Gratis dan berkualitas. Agar menjadi contoh bagi siapapun termasuk pemerintah kita.
Ini terbukti dengan beragam prestasi Internasional yang berhasil diraih santri-santrinya. Kehebatannya kian nampak manakala ditinggal wafat sang suami, Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim 2 tahun silam. Ia menjadi wanita mandiri yang tak hanya berhasil menghidupi dan mendidik 8 anaknya, namun juga puluhan ribu santrinya hingga kini.
Meski demikian, anak pertama dari keempat bersaudara ini selalu memegang teguh prinsip hidupnya bahwa ia selalu”Do The Best And Be The Best”.
Prestasi Umi Waheeda
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Masa kecil beliau dihabiskan bersama keluarga dan adik-adiknya yang selalu memprioritaskan pendidikan di atas segala-galanya. Umi kecil merupakan anak yang berprestasi dan berbakat hampir di semua mata pelajaran terutama dalam bidang olahraga dan bahasa inggris.
Tak terhitung piala yang ia persembahkan bagi kedua orang tuanya sebab Umi pun beberapa kali sukses menjuarai olimpiade fisika, tari melayu sert a cabang olahraga lari. Tiga tahun menghabiskan masa remajanya di College, Umi memutuskan untuk nyantri di Indonesia, International Scholl tepatnya di Darul Ulum, Surabaya. Selama berguru bersama Habib Saggaf,
Umi telah mempelajari berbagai bidang ilmu agama dan sukses melakukan transliterasi beberapa kitab kuning ke bahasa inggris.
Lulus dari Secondry school Umi melanjutkan ke Resent Girl School mengambil jurusan sastra Inggris dengan level Cambridge. Lulus, beliau memutuskan untuk menuntut ilmu agama di Darul Ulum International School di Surabaya. Bakat dan kecerdasan dibidang keagamaanpun tak bisa dinafikan, terbukti dengan kepiawaiannya melakukan transliterasi beberapa kitab kuning ke dalam bahasa Inggris.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Tanggal 5 Mei 1988 menikah dengan as-Syekh habib Saggaf di Singapura. Mendampingi sang suami dengan suka-duka berjuang memajukan dunia pendidikan Islamy di Indonesia. Jatuh cinta pada medan juang pendidikan di persada ini, akhirnya Umi memutuskan menjadi WNI di tahun 2001.
Awal Merintis Pesantren “AL ASHRIYYAH NURUL IMAN” Bogor
Dan akhirnya di usia 20 tahun beliau memutuskan menikah dengan Abah.
Pada tanggal 14 mei 1998, Saat Indonesia mengalami krisis moneter di Orde Baru, Abah dan Umi melihat banyaknya remaja yang putus sekolah akibat himpitan masalah ekonomi. Akhirnya mereka sepakat untuk hijrah ke Parung Kabupaten Bogor.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Merintis sebuah lembaga pendidikan bebas biaya yang kemudian masyhur dikenal dunia dengan nama AL ASHRIYYAH NURUL IMAN.
Untuk lebih fokus mensukseskan pendidikan pesantren yang berkembang begitu pesat tersebut, Akhirnya pada tahun 2001 Umi memutuskan untuk berpindah kewarganegaraan menjadi WNI (Warga Negara Indonesia).
Hingga tahun 2012, Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School telah memiliki sejumlah properti yang berupa sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana tempat tinggal, sarana olah raga, sarana MCK, lahan perikanan, lahan pertanian dan lain-lain diatas tanah milik pesantren, yang kesemuanya berstatus wakaf.
Namun, di tengah peningkatan prestasi dan bertambahnya santri, Allah berkehendak lain. Hari Jum’at 12 November 2010, Abah berpulang ke rahmatullah meninggalkan Umi, keluarga, dan belasan ribu santri. Ucap singkat namun sarat makna yang beliau tinggalkan adalah “Pondok Pesantren AL Ashriyyah Nurul Iman harus tetap gratis sampai kiamat”. Inilah pesan sekaligus amanat yang sangat berat untuk Umi.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
“Tak akan ada lebih bisa membuat Umi bahagia selain kesuksesan generasi Muda Islam. Umi sangat berharap umat Islam kembali maju, sebagaimana para Ilmuwan terdahulu yang sukses merubah peradaban dunia”, harapnya.
Meskipun demikian, di sela-sela kesibukannya Umi masih menyempatkan diri untuk kuliah mengambil gelar doktornya.
Umi sangat mencintai ilmu sebab baginya tidak ada yang membuat manusia menjadi mulia selain Iman dan Ilmu. Umi adalah sosok wanita yang bertanggung jawab serta memprioritaskan hidupnya untuk meningkatkan kebutuhan pendidikan di Indonesia. Di sisi lain Umi dan saudara-saudaranya telah membuktikan kesuksesan dan rasa baktinya kepada orang tua.
Ketiga adiknya yaitu: Zakhina seorang therapist yang bekerja di Elizabeth Hospital. Lalu Umar, seorang salles mobil yang sukses serta Si bungsu Sai, menjadi CEO di sebuah perusahaan di Singapura “Higher education must produce higher human being”. Semua itu membuktikan bahwa pendidikanlah yang dapat merubah masa depan suatu bangsa.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Info Pesantren Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School
Jika Anda ingin menyekolahkan putra dan puterinya ke pondok Pesantren, maka bisa daftarkan segera dan mendatangi Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Jalan Nurul Iman 01, Desa Waru Jaya, Parung, Bogor, Jawa Barat 16330 atau untuk info lebih lanjut bisa hubungi telp/e-mail: 08111165512 / [email protected]. (T/P005/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini