Dhaka, MINA – Pemerintah Myanmar telah mengonfirmasi bahwa 180.000 pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh telah memenuhi syarat untuk kembali, kata pemerintah Bangladesh.
Pengumuman itu menyusul pembicaraan di Bangkok, yang menawarkan kemungkinan terobosan dalam proses repatriasi yang telah lama terhenti. Asian Leader melaporkan, Selasa (8/4).
Pengumuman pemerintah Bangladesh tersebut muncul setelah pertemuan antara Khalilur Rahman, perwakilan tinggi pemerintah sementara Bangladesh yang dipimpin Muhammad Yunus, dan Then Swe, wakil perdana menteri dan menteri luar negeri Myanmar, di sela-sela KTT BIMSTEC ke-6 di Bangkok beberapa waktu lalu.
Lebih dari satu juta orang Rohingya berada di kamp-kamp di Bangladesh tenggara, pemukiman pengungsi terbesar di dunia. Sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras brutal oleh militer Myanmar pada tahun 2017.
Baca Juga: Kongres Uighur Dunia Ajukan Gugatan Terhadap Tiga Perusahaan Tiongkok
Sekitar 70.000 Rohingya menyeberang ke Bangladesh tahun lalu, banyak yang melarikan diri dari kelaparan dan kekerasan yang memburuk di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Sejumlah 180.000 nama tersebut merupakan bagian dari daftar 800.000 Rohingya yang diserahkan Bangladesh ke Myanmar dalam enam gelombang antara tahun 2018 dan 2020.
Myanmar juga telah mengindikasikan bahwa verifikasi akhir dari 70.000 pengungsi lainnya masih menunggu peninjauan lebih lanjut atas foto dan rincian identitas.
Pernyataan tersebut mengatakan Myanmar telah berjanji untuk mempercepat proses verifikasi untuk 550.000 nama yang tersisa pada daftar asli.
Baca Juga: Warga Muslim India Demo Tuntut Pencabutan UU Wakaf
Tidak ada komentar langsung dari pemerintah Myanmar tentang hasil perundingan Bangkok.
Banyak pengungsi Rohingya yang tidak memiliki harapan untuk kembali ke tanah air mereka, di mana mereka terus menghadapi penolakan sistematis terhadap kewarganegaraan dan hak-hak dasar.
Upaya untuk memulai pemulangan pada tahun 2018 dan 2019 gagal karena para pengungsi, yang takut akan penganiayaan, menolak untuk kembali.
“Setelah bertahun-tahun, mereka hanya mengonfirmasi 180.000 nama. Ini terasa seperti sekadar basa-basi. Kami menginginkan solusi yang sesungguhnya,” kata seorang pengungsi Rohingya, Shafiqur Rahman.
Baca Juga: Wapres Urusan Parlemen Iran Dipecat Gegara Liburan Mewah
“Myanmar harus menerima kami semua kembali, bukan hanya beberapa orang terpilih, dan mereka harus memastikan kami kembali dengan hak, martabat, dan kewarganegaraan penuh. Tanpa itu, proses ini tidak berarti apa-apa bagi kami,” ujarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 500 Tahun Kesultanan Banten dan Pesan Sang Sultan