Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nafisah Ahmad Zen Shahab, Antarkan 10 Anak Jadi Dokter

Admin - Selasa, 17 November 2015 - 18:22 WIB

Selasa, 17 November 2015 - 18:22 WIB

706 Views ㅤ

img24042010625731Oleh Een Mutmainah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam  STAI AL-FATAH Cileungsi Bogor, Jawa Barat

Siapa yang tidak bangga bila anaknya telah berhasil mengemban amanatnya dalam menuntut ilmu? Tentu semua orang tua akan merasa senang dengan hal tersebut.

Memiliki cita-cita setinggi langit namun bisa diwujudkan secara nyata. Begitu pun yang dirasakan oleh seorang ibu yang mempunyai dua belas orang anak ini, Nafisah Ahmad Zen Shahab. Wanita yang berkelahiran 1 Agustus 1946 ini, telah berhasil mendidik anaknya hingga mengantarkan mereka ke gerbang keberhasilan.

Tentu ini merupakan suatu prestasi tersendiri bagi Nafisah, dengan keringat dan usaha  bersama sang suami tercinta, mereka mampu menunjukkan kepada setiap orang bahwa memiliki banyak anak bukanlah suatu halangan dan rintangan. Namun dengan hadirnya mereka pulalah, akhirnya Nafisah memetik hasil dari jerit payahnya selma ini.

Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya

Tidak kalah menariknya lagi, sepuluh dari dua belas anak ini berhasil menjadi dokter dan dokter spesialis. Sebelumnya, Nafisah dan suaminya, alm. Alwi Idrus Shahab, tidak memiliki latar belakang pendidikan kedokteran melainkan hanya pedagang biasa. Dari sepuluh dokter tersebut, tujuh diantaranya berhasil meraih pendidikan spesialis.

dr. Idrus Alwi, Sp.PD.KKV,FECS,FACC, merupakan anak pertama dari ibu Nafisah, yang berhasil meraih spesialis di bidang kardiovaskular dan satu-satunya anak yang meraih gelar doktor di keluarganya. Kedua, drg. Farida Alwi, menekuni bidang spesialis gigi. Ketiga, dr. Shahabiyah, MMR, menjadi Dirut RSU Islam Harapan Anda di Tegal. Selanjutnya anak keempat, dr. Muhammad Syafiq, Sp.PD, bekerja sebagai dokter Spesialis Penyakit Dalam.

Kelima, dr. Suraiyah, SpA, yang mendalami spesialis anak. Kemudian dr. Nouval Shahab, SpU, yang tak lain dokter spesialis Urologi, dan yang terakhir, dr. Isa An Nagib, SPOT, mengambil bidang Spesialis Orthopedi.

Sedangkan tiga anak Nafisah lainnya masih berprofesi sebagai dokter umum, diantaranya adalah dr. Fatimah yang menjadi Wakil Direktur RS. Ibu dan Anak Permata Hati Balikpapan, dr. Zen Firhan, dokter Umum di Balai Pengobatan Depok Medical Service dan Sawang Medical Center, dan dr. Nur Dlilah, dokter Umum  di RS. Permata Cibubur. Sementara dua anak lainnya Durah Kamila menekuni bidang desain dan Zainab menjadi PNS di Kota Bumi Lampung.

Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa

Tidak pernah terbayangkan oleh Nafisah, bahwa anak-anaknya akan sukses menjadi dokter. Mengingat latar belakang akademik dari kedua pasangan ini sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan kedokteran. Alm. Alwi Idrus Shahab, hanya berlatar belakang dari sarjana ekonomi saja sedangkan Nafisah sendiri lulusan SMA. Mereka bekerja sebagai pedagang biasa, hanya berdagang batik kain. Merka hanya mengandalkan keuntungan dari usaha tersebut, untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Namun, mereka mampu mendidik anak-anaknya menjadi luar biasa.

Ketika anak pertama dari ibu Nafisah, Dr. Idrus Alwi, meminta untuk masuk dalam pendidikan kedokteran, mereka hanya bisa mendudung kemauan anaknya saja. Dan tak disangka, jejak Alwi Idrus sebagai sang kakak dari dua belas bersaudara ini, ternya diikuti oleh adik-adiknya.

Berkat hasil dari keringanya inilah, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) membayar keluarga asal palembang, Sumatera Selatan ini dengan gelar Profesi Dokter Terbanyak dalam satu keluarga.

Didikan keras yang ditanamkan oleh alm. Alwi Idrus Shahab, bapak dari dua belas anak ini akhirnya berujung manis. Alwi tidak pernah mendidik anak-anaknya untuk mengikuti jejak orang tuanya sebagai pedagang. Ia menginginkan semua anaknya mengemban pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Baginya, sebanyak apa pun seseorang memiliki harta tanpa ilmu maka tidak akan berjalan baik terlebih lagi dalam satu keluarga memiliki anak banyak.

Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern

Ide untuk berkuliah di kedokteran secara beramai-ramai pun muncul dari anak sulung Nafisah, Dr. Idrus Alwi. Ia merupakan orang pertama yang kuliah di kedokteran dalam keluarganya. Saat itu Idrus kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Universiti Indonesia (UI) Jakarata. Setiap mudik lebaran ia jadikan suatu momen untuk bercerita kepada adik-adiknya tentang asyiknya kuliah di kedokteran. Dan saat itu juga, adiknya mengikuti jejak kakaknya.

Bagi Nafisah, membesarkan dua belas anak susah-susah gampang. Harus menanamkan kedisiplinan untk anak-anaknya, dan memberlakukan aturan-aturan bahwa anak-anak tidak diperbolehkan pulang larut malam, harus pulang setiap maghrib. Dengan cara itu, menurut Nafisah me-manage dua belas anak menjadi gampang.

Memiliki sepuluh anak dokter tidak selalu mendapatkan pujian orang, kata Nafisah, Yang mencibir juga ada. Apalagi kalau anak perempuan yang menjadi dokter, maka akan susah jodohnya. Tapi, Nafisah percaya bahwa jodoh akan ikut dengan aktivitas anaknya. Maka dari itu, Nafisah terus mendorong anak-anaknya menempuh pendidikan tinggi.

Walaupun sempat merasakan keguncangan jiwa setelah ditinggalkan sang suami, wanita yang berusia 69 tahun ini terus berusaha sekuat tenaga demi masa depan anak-anaknya. Selama dua tahun menyendiri, perasaan itu terus menghantui nenek dari 30 cucu ini. Namun ia tidak menyerah begitu saja, dengan sebuah toko dan warisan suaminya, ia terus perjuangkan pendidikan dua belas anaknya.

Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia

Lima belas tahun setelah suaminya meninggal, Nafisah berhasil menghantarkan anak-anaknya lulus dalam pendidikan. Mereka mampu hidup mandiri dan telah berkeluarga, sejak saat itu juga anak-anaknya melarang ia sibuk di toko. Kendati toko sudah disewakan, dan Nafisah di boyong ke Cibubur agar dekat anak-anak dan cucunya. Dan kini ia menikmati semua hasil dari keja kerasnya selama mendidik anak-anaknya.

Dengan ini, bisa dikatakan bahwa Nafisah adalah super mom bagi keluarganya. Ia melengkapi semua kekuranag yang ada pada suami dan anak-anaknya. Tak mudah untuk menjadi seorang Nafisah, butuh pengorbanan yang luar bisa untuk bisa mewujudkan cita-cita anaknya. Dari berbagai sumber. (een/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA) 

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Rekomendasi untuk Anda

Kolom