Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasib Karez, Sistem Air Canggih Warisan Kuno Muslim Uyghur

Rudi Hendrik - Sabtu, 28 Oktober 2017 - 13:50 WIB

Sabtu, 28 Oktober 2017 - 13:50 WIB

358 Views

Lubang saluran bawah tanah Karez di Turpan, Xinjiang, Cina. (Foto: Zao Ge)

KAREZ.jpg" alt="" width="620" height="413" /> Lubang saluran bawah tanah Karez di Turpan, Xinjiang, Cina. (Foto: Zao Ge)

Tahir Tomur, warga Muslim Uyghur, menemukan beberapa lubang tanah besar yang telah ditimbun dengan kotoran dan sampah.

Melihat kondisi lubang warisan peninggalan ratusan tahun masyarakat Uyghur itu, Tomur merasa prihatin.

Dia berjalan melalui sebuah lingkungan di Turpan, sebuah kota oasis kuno yang telah berkembang di cekungan kering di wilayah Xinjiang, Cina bagian barat. Ada sejarah di balik lubang yang disebut Karez itu.

Lubang-lubang itu adalah poros vertikal, masuk jauh ke dalam bumi, lalu terhubung dengan terowongan horisontal yang panjang. Karez dibangun untuk membawa air dari daerah pegunungan terdekat ke dataran yang kering, melalui bawah tanah tempat terlindung dari panas yang bisa menguapkan air. Terkadang suhu bisa mendekati 50 derajat celcius di musim panas.

Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina 

Sistem air bawah tanah Karez digali oleh sebagian besar penduduk Muslim Uyghur selama berabad-abad, kira-kira 4.400 kilometer terowongan di daerah ini. Dijuluki “Tembok Besar Bawah Tanah” oleh para ilmuwan. Struktur tersebut dulunya digunakan untuk mengairi kebun anggur dan atasi kekeringan. Pemerintah Cina dalam beberapa tahun terakhir, berusaha melindungi dan mengembalikan fungsinya.

 

Karez di Turpan, Xinjiang, Cina. (Foto: Visit Our China)

Namun di masa lalu, setengah abad, sebagian besar terowongan Karez telah kering. Sebuah survei nasional 2009 menemukan bahwa hanya seperempat sistem dari Karez Turpan yang masih membawa air. Apa yang dulunya merupakan sumber kehidupan dan sumber budaya, telah direduksi menjadi artefak bersejarah yang kering. Seiring itu, posisi orang Uyghur di Turpan telah berkurang oleh migrasi etnis Han Cina yang besar.

“Di pemerintahan Cina Komunis, tidak ada yang peduli dengan Karez lagi. Tidak ada yang menjaganya,” kata Gheni, seorang pria Uyghur yang berjalan melewati lubang Karez yang penuh sampah. “Sayang sekali, tapi apa yang bisa kita lakukan?”

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Bagi orang Uyghur, pengeringan terowongan telah memberi kekhawatiran yang lebih dalam, nasib kehancuran dari jalur air bersejarah yang terkait dengan orang-orang Uyghur.

Sementara kini etnis Uyghur berada di bawah serangan. Uyghur telah dituding terlibat dalam serangkaian serangan teror di Cina dalam beberapa tahun terakhir. Ketakutan akan radikalisasi telah mendorong pihak berwenang Cina melakukan tindakan keras. Mereka telah membatasi praktik keagamaan, memasang sistem pengintai yang menyebar luas dan mengirim ribuan orang ke kamp pendidikan ulang politik.

Karez adalah contoh langka kecerdikan orang Uyghur di tempat yang mereka tidak diberi banyak hal untuk dibanggakan. Orang Uyghur telah dikekang dan dibatasi. Bahkan berbicara tentang keadaan sistem saat ini, bisa berbahaya.

“Kita tidak bisa membicarakan hal ini sebagai orang Uyghur. Uyghur tidak bisa berbicara terlalu banyak, atau kita akan dibawa pergi,” kata Gheni.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Sejumlah besar peninggalan agama dan sejarah telah dihancurkan selama hiruk pikuk Revolusi Kebudayaan. Beberapa artefak kekaisaran yang paling mengesankan di negara ini tetap berada di tempat-tempat lain seperti Taiwan.

Bahkan Tembok Besar, salah satu landmark negara yang paling terkenal, telah hancur akibat korban kelalaian, cuaca dan penduduk desa setempat yang menjarah batu bata untuk kepentingan mereka sendiri. Hampir 30 persen dari struktur peninggalan dinasti zaman Ming tersebut telah lenyap, sebagaimana yang dilaporkan media pemerintah, sementara sebagian besar sisanya dalam perbaikan kasar.

Diagram pembuatan saluran Karez di Turpan, Xinjiang, Cina. (Gambar: Karez Documentary)

Di saat sistem Karez kurang dikenal daripada Tembok Besar, tapi ini bisa dibilang lebih penting. Nilai defensif Tembok Besar sebagian besar telah pudar, tapi jaringan Karez tetap memiliki sumber irigasi, air minum dan kebutuhan sehari-hari yang berharga. Tanpa Karez, kebun anggur dan rumah akan kering. Sebagian penduduk desa masih memelihara tempat tidurnya di sepanjang tepian saluran air di bawah tanah, karena suhu musim panas bisa turun 20 derajat.

Tapi kondisi sistem Karez Cina sama buruknya dengan instalasi serupa di negeri lain. Saluran bawah tanah Turpan serupa dalam desain dan fungsinya dengan jaringan Qanat berusia ribuan tahun di Iran, Suriah dan Afrika Utara. Qanat adalah teknologi yang disebarkan oleh Spanyol. Di Iran, kira-kira tiga perempat Qanat tetap berfungsi.

Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu

Karez Turpan telah menderita akibat modernisasi, termasuk inisiatif pembangunan yang dipimpin oleh negara. Pemerintah telah mengintensifkan penggunaan lahan pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian kapas, mendorong pemerintah membawa teknologi baru untuk mendapatkan air yang cukup. Instalasi pompa listrik, khususnya, telah menurunkan tabel air pada titik yang tidak lagi secara alami bisa mengaliri banyak terowongan. Pipa yang memberi makan keran dapur dan sistem irigasi juga mengurangi ketergantungan akan saluran air kuno.

Pihak berwenang Cina tetap berupaya menghentikan kerusakan Karez. Sejak 2009, pejabat lokal di Turpan telah menghabiskan lebih dari $ 11 juta (Kanada) untuk pekerjaan perlindungan dan pemulihan. Tujuannya adalah untuk tetap mengfungsikan 200 sampai 300 Karez, sekitar seperempat dari apa yang pernah ada, menurut seorang profesor Cina yang telah meneliti jaringan secara rinci.

“Semua Karez yang selamat telah dihidupkan kembali,” kata profesor yang berbicara dalam status anonimitas itu. Dia menganggap itu sebuah kesuksesan. “Jika Anda melihat Karez di Turki, hampir tidak ada yang bisa digunakan lagi.”

Tapi untuk menjaga sistem Karez tetap bertahan adalah sulit, kata profesor itu. Karez secara tradisional membutuhkan perawatan tahunan untuk membersihkan lumpur dan menopang tanah agar tidak roboh. Namun di hari ini, sulit menemukan seseorang yang mau melakukan pekerjaan itu.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Orang yang lebih muda tidak ingin turun, mengingat tingginya (terowongan) hanya setinggi satu meter,” katanya.

Metode perbaikan modern jauh lebih kuat, termasuk pemasangan gorong-gorong dan penyangga beton. Namun, hanya beberapa area yang layak diperbaiki.

“Melestarikan Karez adalah tindakan pelestarian warisan budaya.  Ada beberapa peraturan, hanya yang terbaik yang akan dipertahankan,” katanya.

Namun, Shalamu Abudu, seorang sarjana Uighur yang terlibat dalam penelitian di Texas, mengatakan, terowongan memiliki nilai yang melampaui sejarah atau bahkan budaya. Sistem air kuno itu adalah teknologi yang tetap berharga di hari ini untuk alasan ekologis.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Menurutnya, pemulihan Karez akan memerlukan usaha yang melampaui pemasangan beton. Yang dibutuhkan adalah pendekatan sistemik, yang mencoba melestarikan air tanah. (A/RI-1/RS1)

 

Sumber: tulisan Nathan Vanderklippe di The Globe and Mail

 

Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Kolom
Asia
Breaking News