Tel Aviv, MINA – Saluran televisi Israel, Channel 12 melaporkan terdapat konsensus di kalangan badan keamanan Israel mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadopsi sikap yang lebih keras dan menarik tim negosiasinya dari Doha, Qatar.
Menurut sumber anonim yang dilansir Anadolu Agency, Ahad (25/5), Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, menyatakan dalam diskusi tertutup bahwa “tekanan militer telah menciptakan kondisi yang tepat” untuk memulangkan para sandera, dan Israel sebaiknya memanfaatkan peluang ini untuk mendorong kesepakatan.
Pernyataan Zamir muncul setelah Netanyahu menarik tim negosiasi Israel dari Qatar dengan alasan sikap pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, yang bersikeras pada jaminan berakhirnya perang yang didukung AS.
Gerakan perlawan Islam Palestina Hamas belum mengonfirmasi laporan tersebut.
Baca Juga: Serangan Masif di Gaza Utara, Bangunan di Sekitar RS Indonesia Hancur Total
Meski pembicaraan terhenti, Channel 12 melaporkan adanya konsensus di dalam badan keamanan Israel bahwa kesepakatan masih dapat dicapai saat ini.
Dalam konferensi pers, Netanyahu menegaskan bahwa Israel hanya akan menerima gencatan senjata sementara untuk pengembalian sandera, sambil menetapkan syarat baru untuk mengakhiri perang, termasuk pelucutan senjata kelompok perlawanan Palestina dan pengusiran pimpinan Hamas dari Gaza.
Hamas berulang kali menyatakan kesediaannya untuk membebaskan seluruh sandera Israel sekaligus dengan imbalan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel, dan pembebasan tahanan Palestina.
Oposisi Israel dan keluarga sandera menuduh Netanyahu memperpanjang perang demi menyenangkan mitra koalisi sayap kanannya dan mempertahankan kekuasaan.
Baca Juga: Peru Luncurkan Penyelidikan terhadap Tentara Israel yang Terlibat Genosida Gaza
Israel memperkirakan masih ada 58 sandera yang ditahan di Gaza, termasuk 20 yang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 10.100 warga Palestina masih ditahan di penjara Israel, menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis menurut laporan hak asasi manusia dari Palestina dan Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sekjen PBB: Hanya Sesendok Teh Bantuan yang Diizinkan Masuk ke Gaza