New York, 10 Dzulhijjah 1436/24 September 2015 (MINA) – Sekitar 1,1 juta anak di distrik sekolah terbesar New York, Amerika mendapatkan hari libur pertama kalinya untuk merayakan Idul Adha.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA) mengutip berita Gulfnews melaporkan, lebih dari 1.800 sekolah negeri di New York diliburkan pemerintah setempat.
Liburan bukan hanya diperuntukkan untuk pelajar Muslim, tetapi juga untuk siswa Yahudi yang memperingati hari raya Yom Kippur.
Walaikota Bill de Blasio menyampaikan kebijakan baru tersebut pada Maret lalu yang mengumumkan bahwa sekolah negeri di New York memberikan jatah dua hari libur pada musim panas, untuk perayaan Idul Adha, hari besar Kristen dan Yahudi.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Walikota juga menambahkan hari libur 8 Februari 2016 mendatang untuk tahun baru Imlek yang dirayakan oleh warga Asia-Amerika.
“Ini adalah kemenangan besar,” kata Linda Sarsour, anggota Koalisi untuk liburan Sekolah Muslim dan aktivis New York dengan tiga anak.
Direktur Jamaica Muslim Center di Queens mengatakan dirinya sangat senang dengan kebijakan pemerintah tersebut.
“Saya sebagai seorang imam serta orang tua saya sangat senang,” kata Syamsi Ali, dai asal Indonesia yang aktif berdakwah di AS.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Pihaknya menambahkan, kebijakan pemerintah akan mendorong umat Islam untuk merasakan dan memiliki, tambahnya.
Orang tua Muslim New York sebelumnya menghadapi kebingungan. Mereka harus melewatkan perayaan Idul Adha, sementara anak-anak mereka masih harus masuk sekolah.
Ada sekitar 7-10 juta Muslim di Amerika, di antaranya satu juta diyakini tinggal di New York atau sekitar 10 persen dari penduduk kota.
Sementara itu, ada tujuh distrik sekolah lain yang meliburkan sekolahnya untuk Idul Adha di New Jersey, Massachusetts dan Vermont, tetapi aktivis masih terus berkampanye di negara bagian lainnya.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Aktivis berharap, dengan penetapan hari raya Idul Adha sebagai hari libur akan membuat Islam lebih utama dan melawan Islamophobia.
Dalam dua pekan terakhir saja, seorang Ulama Amerika dengan kejam dipukuli di Chicago dan disebut teroris karena ia memiliki kulit gelap, berjenggot dan memakai sorban. Ia akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Di Detroit, masjid ditolak perizinannya, termasuk di Texas. Sementara itu baru-baru ini seorang remaja Muslim 14 tahun yang merupakan anak dari imigran Sudan ditangkap karena membuat jam digital yang dikira bom.
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Pada akhir pekan, kandidat Partai Republik untuk presiden, pensiunan ahli bedah saraf Afrika-Amerika Ben Carson, mengatakan seorang Muslim tidak bisa menjadi presiden Amerika Serikat.
Ebrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi Muslim terbesar di negara itu, setuju bahwa liburan diterapkan pada saat yang tepat.
“Di tengah gejolak sentimen anti-Muslim dalam masyarakat kita seperti yang dikatakan Trump dan Ben Carson, dan penangkapan seorang remaja Muslim, yang mengirimkan pesan negatif, ini mengirimkan pesan yang sangat positif,” katanya.
“Itu luar biasa!” kata aktivis Zainab Chaudry, yang kecewa ketika Montgomery di Maryland menolak untuk menetapkan Idul Adha sebagai hari libur.
Baca Juga: Tiba di Peru, Prabowo akan Hadiri KTT APEC
Sementara itu Sadyia Khalique, direktur operasi untuk CAIR di New York, mengatakan ada masalah besar dengan Islamophobia di Amerika Serikat, tetapi liburan bisa membantu mengubah itu. (T/P004/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sebelum Bertemu Prabowo, Biden Lebih Dulu Jamu Presiden Israel