Oleh: Nurhadis, Aktivis Kemanusiaan, Kepala Biro Sumatera Kantor Berita Islam MINA
Serangan tentara penjajah zionis Israel terhadap Gaza Palestina telah mengakibatkan ratusan korban jiwa dan ribuan luka-luka. Sampai saat ini, pasukan Israel belum juga menghentikan serangan.
Sementara gerakan perlawanan di Gaza terus melakukan serangan balasan dan cukup membuat ketakutan luar biasa Israel. Tidak sedikit korban dari fihak zionis meski mereka menutup-nutupinya dari media karena takut dinilai tidak mampu mengatasi gerakan perlawanan yang bermodalkan roket. Untuk itu juga banyak wartawan dan kantor media yang dijadikan sasaran.
Padahal kemampuan persenjataan Israel tentu sangat tidak berimbang dengan gerakan perlawanan, karena penjajah zionis Israel menggunakan pesawat tempur, drone canggih, tank Merkava yang tercanggih di dunia, bahkan sistem pertahanan udara buatan Amerika, Irone Dome untuk menangkal roket-roket gerakan perlawanan yang pada perang kali ini membuat zionis terkaget-kaget karena begitu banyak jumlahnya. Sehingga Iron Dome si canggih pun kewalahan tak berdaya. Bahkan ada beberapa senjata baru yang dikembangkan oleh pejuang untuk membalas serangan ke Gaza. Semangat jihad yang luar biasa.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Gerakan-gerakan Perlawanan Palestina di Gaza yang dimotori Hamas dan Jihad Islam berjuang melawan serbuan brutal Israel untuk mempertahankan tanah airnya dan untuk kemerdekaan.
Dukungan terhadap Gaza Palestina terus mengalir dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia termasuk dari Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim ini. Masyarakat dunia turun ke jalan-jalan menyerukan dunia mengambil tindakan nyata untuk menghentikan serangan bar-bar zionis Israel.
Namun, ada saja kenyinyiran muncul menyudutkan gerakan perlawanan di Gaza yang membela diri dari serangan penjajah, bahkan ada yang justru mendukung dan berada di belakang penjajah zionis Israel. Kenyinyiran ini muncul dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat biasa karena ketidaktahuannya, sampai kepada tokoh bangsa yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat tentang bagaimana mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
Ngapain kita bantu Palestina? Di Indonesia saja masih banyak yang susah, untuk apa jauh-jauh membantu Palestina. Itu urusan mereka lah, bukan urusan kita. Kira-kira begitu komentar nyinyir segelintir orang.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Saya sebut segelintir, karena yakin masih banyak anak bangsa yang peduli dan benar-benar mengamalkan isi Pancasila dan UUD 1945. Jadi membela Palestina tidak hanya karena alasan keagamaan.
Paling tidak ada beberapa alasan kenapa kita, Indonesia perlu membantu saudara-saudara di Palestina. Hal ini perlu diungkap kembali, dan terus digaungkan, karena rupanya tidak semua warga negara kita memahami ini sebagai bagian dari pengamalan Pancasila dan UUD 1945.
Alasan pertama, kemerdekaan Indonesia tahun 1945 setelah lama dijajah oleh Belanda dan Jepang, diakui awal mulanya oleh beberapa negara di Timur Tengah berkat seorang Mufti Palestina, Muhammad Amin Al-Husaini yang berkeliling ke negara-negara Timur Tengah agar mau mengakui kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan Soekarno-Hatta di Pegangsaan Timur pada 9 Ramadhan 1364 H atau bertepatan pada 17 Agustus 1945 M.
Alasan Kedua, Muhammad Ali Taher, seorang pengusaha Palestina menguras tabungannya dan menyerahkannya untuk perjuangan mendukung kemerdekaan Indonesia. “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Alasan Ketiga, Sikap kita sebagai bangsa yang besar terhadap Palestina tidak terlepas dari isi pembukaan UUD 1945. “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.
Alasan Keempat, Pada Alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 ditegaskan “…. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”. Artinya, politik luar negeri Indonesia adalah politik yang bertujuan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia, menciptakan kemerdekaan dan tidak mendukung penindasan terhadap negara lain.
Alasan Kelima, sikap Bapak Bangsa, Presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia, Soekarno yang tegas menentang penjajahan Zionis israel terhadap Palestina. Kita tentu kenal sekali dengan kalimat popularnya. “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” tegasnya.
Alasan Keenam, Sikap konsisten pemerintah Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang diharapkan memimpin dunia ke arah yang lebih baik, sejak zaman Soekarno sampai Jokowi saat ini. Beberapa hari lalu Presiden RI Joko Widodo menegaskan, zionis Israel harus menghentikan serangan terhadap warga Palestina, dan menyatakan akan terus berfihak kepada Palestina.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Alasan Ketujuh, Menentang penjajahan bangsa terhadap bangsa lain, merupakan sifat dasar kita sebagai manusia yang berperi kemanusiaan. Maka, kalau kita tidak peduli terhadap Palestina yang terjajah, perlu berkaca, sudah menjadi manusia sebenarnya kah kita?.
Tujuh alasan ini sudah cukup bagi kita sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk mendukung dan membantu Palestina.
Ketujuhnya ini tentu di samping alasan-alasan keagamaan yang sudah terang benderang: Al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam, dua masjid penting yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an, dan termasuk salah satu dari tiga tempat yang tidak perlu diupayakan dengan susah payah untuk melakukan perjalanan ke sana kecuali kepada tiga tempat diantaranya Masjid Al-Aqsha yang terletak di Kota Al-Quds, Palestina.
Karenanya, sikap kita sebagai anak bangsa yang cinta NKRI dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 tentu tidak hanya sebatas di bibir saja, namun perlu pengamalan nyata, termasuk diantara pengamalan tersebut yaitu tidak membiarkan saudara di Palestina berjuang sendiri.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Secara konstitusional dengan tegas sikap kita menentang penjajahan di atas dunia. Penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dengan tegas juga kita menyatakan sikap politik Indonesia adalah sikap politik yang bertujuan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia, menciptakan kemerdekaan dan tidak mendukung penindasan terhadap negara lain. (A/B03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara