Cileungsi, Bogor, MINA – Aktifis Lingkungan Hidup, Niel Makinuddin mengatakan, kerusakan lingkungan dan munculnya Covid-19 semuanya itu merupakan hasil perbuatan manusia itu sendiri.
“Bakteri dan virus itu karena rumahnya di hutan dan di berbagai satwa liar. Hutan ditebangi dan satwa mati akibat perbuatan manusia yang mengakibatkan bakteri dan virus pindah ke manusia,” kata Dr. Niel dalam Seminar virtual Dampak COVID-19 terhadap Lingkungan Politik-Keamanan dan Sosial-Ekonomi, di Gedung Muhyiddin Hamidi, Cileungsi, Bogor, Ahad (10/5) yang di buka oleh Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur.
Mengutip data dari Harvard TH Chan School of Public Health, di Amerika Serikat (AS), mereka menganalisi kaitan antara tingkat pencemaran udara dengan kematian pasien dengan COVID 19. Hasilnya, mereka menemukan bukti bahwa pencemaran udara menyumbang kematian sebesar 15% bagi penderita COVID 19. Ilmuwan lain menemukan bahwa kematian tinggi COVID 19 terjadi di Italia bagian Utara dimana kualitas udaranya buruk.
Beberapa kasus pandemic global pada 1918 (terbesar): virus H1N1 atau Spanish flu (Flu Spanyol) menjangkiti 500 juta jiwa (27 % dari populasi dunia waktu itu) & memakan korban 75 Juta jiwa. Pada 1976 di Kongo menyebarVirus Ebola, yang menyebabkan korban meninggal dunia sekitar 14.000 jiwa. 2009: di Amerika dan Meksiko mewabah virus H1N1, korban yang menelan korban lebih besar sebanyak 123 ribu jiwa. Sementara itu COVID-19 seluruh dunia saat ini menelan korban sedikitnya 270 ribu jiwa
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Solusi komprehensif untuk covid-19 & membangun relasi “baru” dengan alam, Pertama Memperbaiki hubungan manusia dengan alam, seperti: habitat, ekosistem (aurat alam) serta menjaga kualitas udara agar tetap bersih.
Sedangkan alamiah spiritual yang harus dilakukan manusia seperti amalan puasa, tahajud, hidup sehat dan bersih sesuai ajaran sunah Rasulallahu Shallahu Alaihiwassalam.
Para pembicara dalam seminar virtual tersebut adalah, Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, Pemred Republika Irfan Junaidi, Praktisi Lingkungan Hidup Dr. Niel Makinuddin, dan wartawan LKBN Antara, Asep Fathurrahman. Seminar tersebut di adakan oleh Covid Crisis Center (3C) Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang di ketuai KH. Abdul Malik Bustamin Utje. (L/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa