Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam
Di atas meja Anda ada buah durian yang sudah dikupas seperti dihidangkan dalam satu majelis Keluarga Tadabbur, di Jerudong Brunei.
Ada beberapa kemungkinan yang akan Anda lakukan. Anda akan memakannya dengan penuh nikmat. Anda boleh juga tidak menyentuhnya, karena sesuatu hal. Anda sudah mengambil durian tersebut tetapi kemudian terjatuh duriannya, dan seterusnya. Kita bertanya sekarang yang manakah takdir dari kejadian-kejadian ini?
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Betul, semuanya adalah takdir. Takdir Anda makan durian dan takdirA nda tidak memakannya.
Malam ini kita akan memohon takdir kita kepada Allah SWT dalam majrlis Nisfu Sya’ban. Kerena malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban yang mempunyai kelebihan yang banyak seperti disebutkan dalam beberapa hadits Nabi SAW.
Syeikh Syu’aib al-Arnauth ketika meneliti kitab Sahih Ibn Hibban berpendapat bahwa hadits-hadits yang berkaitan keutaman malam Nisfu Sya’ban adalah sahih berdasarkan syawahid-syawahidnya (saksi-saksinya) dan syawahid-syawahid ini saling menguatkan antara satu sama lain dalam bab ini (kelebihan malam pertengahan bulan Sya’ban) walaupun setiap jalur itu mempunyai perbincangan. (12:481).
Dalam kitab Maslakul Akhyar karya Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya ada doa yang biasa kita di rantau ini membacanya pada malam Nisfu Sya’ban.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Antara kandungan doa tersebut adalah: “Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) yang berada di sisi-Mu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau di sempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan.”
“Ya Allah Tuhanku, berkat karunia-Mu apa yang ada dalam Ummul Kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir dan sempit rezeki. Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisi-Mu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan. Kerena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu dan firman-Mu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus: “Allah menghapuskan apa jua yang dikehendaki-Nya dan Ia juga menetapkan apa jua yang dikehendakinya. Dan (ingatlah) pada sisi-Nya ada “Ibu segala suratan.” (Surah al-Ra’d: 39).
Sungguh indah dan penuh makna doa di atas. Sebahagian kalimat doa ini diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam kitabnya al-Musannaf, dan Ibnu Abi al-Dunya, dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: “tak seorangpun berdoa dengan kalimat doa ini kecuali Allah akan meluaskan hidup dan kehidupannya.”
Tahun lalu kita telah berdoa seperti di atas dan kita tidak tahu bahawa takdir telah ditetapkan COVID-19 melanda dunia hari ini. Bisakah takdir diubah? Dari makna doa tersebut bisa.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Takdir dibahagikan kepada dua jenis sebagaimana para ulama membahagikannya, mubram dan mu’allaq.
Takdir mubram adalah muktamad (pasti) dan tertulis di Luh Mahfuz. Tidak ada apa-apa pengurangan, penambahan atau pengubahan pada takdir ini.
Takdir mu’allaq pula adalah takdir yang tertulis dalam catatan para malaikat. Dengan izin Allah, takdir ini boleh tetap dan boleh berubah, bergantung kepada sebab-sebab yang diusahakan oleh manusia. Mu’allaq adalah perkataan Bahasa Arab yang membawa maksud “tergantung”.
Jika takdir mubram tidak bisa berubah, maka takdir mu’allaq bisa. Nabi SAW bersabda yang artinya, “Tidak ditolak suatu ketentuan melainkan dengan doa. Tidak ditambah pada umur kecuali dengan kebajikan.” (HR at-Tirmizi).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dan juga sabdanya yang artinya, “Barangsiapa yang suka untuk dimurahkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hubungkanlah silaturrahim”. (HR al-Bukhari).
Doa, kebajikan dan silaturrahim dapat mengubah takdir dalam kategori mu’allaq.
Nah, COVID-19 termasuk takdir yang mana? Takdir mubram atau takdir mu’allaq. Kedua-duanya benar. Takdir mubram dari sudut ketetapan yang sudah wujud sekarang di hadapan mata kita dan tertulis di Luh Mahfuz. Takdir mu’allaq pula dari sudut siapa yang terkena, berapa lama dia berada dan lain-lain dan ini masih dalam catatan malaikat. Yang terakhir disebut ini boleh berubah dengan doa, amal kebajikan dan silaturrahim.
Imam al-Syafi’i RH ada menyebut: “Doa mustajab adalah pada lima malam, yaitu malam Jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam awal bulan Rajab, dan malam nisfu Sya’ban”. ( al-Um, 1:264).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Oleh itu, mari kita perbanyak doa pada malam Nisfu Sya’ban mulia ini, kita perbanyak amal kebajikan seperti salat sunat, bersedekah, membaca al-Quran, dan bersilaturahim walaupun melalui media sosial dengan me-like dalam FB atau status WA kerena kita sedang Stay at Home dan Physical Distancing
Semoga Allah SWT merubah COVID-19 menjadi sebab kebaikan untuk umat manusia. Amin. Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at. Bandar Seri Begawan, 08/04/2020. (A/R1/RS2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat