Ramallah, MINA – Novel berjudul “A Mask, the Color of the Sky” yang ditulis oleh tahanan Palestina Basim Khandaqji, hari Ahad (28/4) dinobatkan sebagai pemenang Penghargaan Internasional untuk Fiksi Arab (IPAF) tahun 2024.
Dalam sebuah pernyataan, Perkumpulan Tahanan Palestina (PPS) mengatakan, Khandakji memenangkan penghargaan tersebut setelah menjadi sasaran kampanye hasutan yang merajalela oleh media Israel, setelah pencalonannya beberapa bulan lalu dalam Penghargaan Internasional untuk Fiksi Arab. Kantor Berita WAFA melaporkan.
PPS menambahkan, perang terhadap narasi Palestina merupakan pendekatan yang konsisten dari pendudukan Israel dalam menghadapi kehadiran Palestina, dan mencatat bahwa kreativitas para tahanan selalu menjadi target otoritas pendudukan melalui penuntutan dan penerapan sanksi terhadap tahanan yang meninggalkan jejak yang jelas terhadap produksi sastra.
Para juri memilih buku pemenang dari 133 judul yang dikirimkan sebagai novel terbaik yang diterbitkan dalam bahasa Arab antara Juli 2022 hingga Juni 2023. Pemilik penerbit Dar al-Adab yang berbasis di Lebanon, Rana Idriss, menerima penghargaan di Abu Dhabi atas nama dari Khandaqji.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Judul Buku ini mengacu pada kartu identitas berwarna biru yang dikeluarkan Israel untuk warganya dan ditemukan oleh tokoh protagonis Nur, seorang arkeolog yang tinggal di kamp pengungsi di Ramallah, di dalam saku mantel tua. Nur mengambil topeng ini, dan berikut ini adalah narasi eksperimental dan berlapis-lapis yang bertujuan untuk mendapatkan kembali unsur-unsur sejarah dan memori tempat-tempat dengan karakterisasi yang jelas dan berkesan.
Nabil Suleiman, Ketua Dewan Juri 2024, mengatakan, novel ini memadukan sisi personal dan politik dengan cara yang inovatif.
“(Novel) ini berani bereksperimen dengan bentuk narasi baru untuk mengeksplorasi tiga jenis kesadaran; kesadaran diri, kesadaran terhadap orang lain, dan kesadaran global,” katanya, seraya menambahkan bahwa ini membedah realitas pahit dan kompleks dari fragmentasi keluarga, pengungsian, genosida dan rasisme.
Khandakji yang berusia empat puluh tahun, dari Nablus, ditahan pada tanggal 2 November 2004. Setelah penahanannya, dia menjalani penyelidikan yang keras dan panjang. Pendudukan kemudian menjatuhkan hukuman tiga kali penjara seumur hidup kepadanya.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Sebelum ditahan, Khandaqji adalah mahasiswa Universitas Nasional al-Najah jurusan jurnalisme dan media. Selama di Penjara, ia menerbitkan dua kumpulan puisi, 250 artikel, dan beberapa novel sastra.
Khandaqji telah menulis kumpulan puisi termasuk “Rituals of the First Time” (2010) dan “The Breath of a Nocturnal Poem” (2013) serta tiga novel sebelumnya; Narsisis Isolasi (2017), Gerhana Badr al-Din (2019) dan Nafas Seorang Wanita yang Dikecewakan (2020). Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza