Bandar Lampung, MINA – “Mahasiswa dituntut peran intelektualnya untuk pembebasan Masjid Al-Aqsha,” demikian Kepala Biro Sumatera, Kantor Berita Islam MINA, Nurhadis pada Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud (ST SQABM), Sabtu (2/2).
Menurutnya, peran aktif Mahasiswa untuk pembebasan Masjid Al-Aqsha itu lebih ditekankan kepada peran gagasan terkait langkah nyata.
“Mahasiswa dituntut bagaimana caranya menciptakan langkah-langkah dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsha,” katanya.
Baca Juga: Menhan Israel Persiapkan Aneksasi Tepi Barat
Lebih lanjut, menurut Hadis, Sejak zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, peran kaum intelektual di medan jihad itu sangat besar.
“Kita bisa lihat dari bagaimana peran Ahlu Shuffah (mahasiswa) sebagai Mujahidin, berada di baris terdepan dalam perjuangan kejayaan Islam,” katanya.
Hal ini terbukti saat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mengirimkan pasukan yang sebagian besar Ahlu Shuffah Penghafal Al-Quran sehingga banyak dari mereka yang syahid di medan pertempuran kemudian Rasulullah berdoa khusus untuk mereka.
Terkait hal itu, pembebasan Masjidil Aqsha tidak hanya tentang bagaimana menyiapkan fisik saja.
Baca Juga: Anak Netanyahu Tuding Shin Bet akan Kudeta Ayahnya
“Namun hal yang paling penting sebagai mahasiswa yakni harus menyiapkan langkah-langkah pemikiran sebagai roadmap Masjid Al-Aqsha segera terbebaskan,” katanya.
Selain itu, mahasiswa sebagai pemuda perlu memiliki karakter yang kuat.
“Selain berani juga kritis, independen dan radikal, punya pemikiran mendasar,” ujarnya pada acara bertema “Peranan Pergerakan Mahasiswa Sebagai Pemuda Intelektual Untuk Membebaskan Masjidil Aqsha”.
Juga diperlukan pengetahuan luas, yang berkaitan erat dengan apa yang dibaca oleh mahasiswa.
Baca Juga: Israel Izinkan Pemukim Ilegal Jarah Truk Bantuan ke Gaza
Oleh karenanya, Hadis berharap mahasiswa untuk lebih giat lagi menambah pengetahuan dengan banyak membaca.
“Tentu era sekarang kita tidak lagi kesulitan untuk mencari literasi yang ada di genggaman kita, di gadget kita,” ujarnya.
“Dengan membaca, pengetahuan akan bertambah, dan langkah-langkah pembebasan Masjid Al-Aqsha secara intelektual akan terbuka dan kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan, ” ujarnya.
Hadis mencontohkan bagaimana kerja kerasnya seorang tokoh pemikir Zionis Israel, Theodore Herzl, yang mati muda pada usia 44 tahun.
Baca Juga: Media Ibrani: Peretas Publikasikan Data Pribadi Ilmuwan Nuklir dan Pejabat Militer Israel
“Setiap hari dia begadang untuk membuat asas-asas berdirinya negara Israel. Upaya kerasnya perlu ditiru mahasiswa, maka peran pemikiran ini harus diambil oleh mahasiswa di garis terdepan,” katanya. (L/iss/B01/P1).
Mi’raj News Agency (MINA).