Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nurhadis: Tiga Gaya Kepemimpinan

Ismi Wardatun - Kamis, 2 Agustus 2018 - 18:49 WIB

Kamis, 2 Agustus 2018 - 18:49 WIB

8 Views ㅤ

Leadership Basic Training for Mudabbir Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Lampung, Senin-Kamis (30-2/7).

Lampung Selatan, MINA – ” Ada tiga gaya kemimpinan dalam sebuah lembaga atau organisasi,” demikian Wakil Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Al-Fatah, Nurhadis.

Hal ini disampaikannya dalam acara Pelatihan Kepemimpinan bagi Pengurus Islamic Student Movement of Al-Fatah (ISMA) khusus putri yang diselenggarakan sejak Senin-Kamis (30/7-2/8) di Kompleks Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Muhajirun.

Ia menjelaskan, gaya yang pertama adalah Autocratic Leader. Di mana pemimpin memiliki kekuasaan penuh dalam mengambil keputusan dan mengarahkan. Autocratic leader juga disebut sebagai pemimpin yang diktator.

Gaya kepemimpinan yang kedua yakni, Free Rein Leader menurutnya, adalah gaya kepemimpinan dengan pola menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahannya.

Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea

“Dengan kata lain, pemimpin menginginkan para bawahan memiliki kemampuan tinggi untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Orang ini biasanya terlalu percaya menyerahkan tanggung jawab kepada bawahan tanpa ada controlling,” katanya.

Dan yang ketiga yakni Participate Leader. Gaya memimpin dengan mencari pendapat atau pemikiran dari bawahan sebelum mengambil keputusan.

Menurut Nurhadis, dari ketiga gaya kepeminpinan di atas, Participate Leader adalah gaya yang paling baik digunakan. “Gaya tersebut bisa mendorong bawahannya berprestasi dan menerima tanggungjawabm” kata Nurhadis.

Namun ia juga mengatakan, terkadang pemimpin cenderung menggunkan pola Autocratic. “Memaksakanan keinginannya walaupun tidak sesuai dengan yang dibutuhkan organisasi,” katanya.

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Anak, Kemendikbudristek Sediakan Konten Edukatif di Platform Digital

Selain itu ia mengatakan, pemimpin juga seharusnya faham ke mana arah perjuanagan organisasi.

“Kalau tidak faham arah organisasi tersebut bukan malah membawa kejayaan tetapi justeru menenggelamkan organisasi tersebut,” ujarnya.

Pelatihan kepemimpinan ini diadakan oleh Majelis Pengasuhan Santri (MPS) Pondok Pesantren Shuffah Hizbulah dan Madrasah Al-Fatah bagi pengurus Islamic Student Movement of Al-Fatah (ISMA) yang biasa disebut OSIS.

Sebanyak 34 pengurus ISMA putri mengikuti acara tersebut. (L/ism/P1).

Baca Juga: Sembilan Santri MA Al-Fatah Lampung Ikuti KSM Tingkat Kabupaten

Mi’raj News Agency (MINA).

Rekomendasi untuk Anda