Jakarta, 19 Sya’ban 1434/ 28 Juni 2013 (MINA) – Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad mengatakan, pentingnya bank syariah mudah diakses oleh masyarakat.
Dengan demikian perlu sebuah konsep yang jelas bagaimana industri keuangan syariah bisa membantu upaya membuka akses keuangan kepada seluruh masyarakat.
“Jadi bank syariah bisa memikirkan betul program financial inclusion,dengan demikian saudara kita yang tinggal di pelosok daerah bisa merespon dan menjawabnya,” terangnya dalam seminar program penjaminan LPS dan prospek Pertumbuhan Perbankan Syariah yang diselenggarakan oleh Asosisiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), Kamis kemarin (27/6).
Muliaman, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) juga mengatakan, isu tentang kemudahan mengakses lembaga keuangan sangat penting, terutama bagi keuangan syariah bagaimana secara aktif membuka akses keuangan syariah kepada masyarakat.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dalam penelitian selama ini, ia menyebutkan hanya baru 40 persen masyarakat yang mengakses lembaga keuanagan formal. “Hal ini bukan karena pengetahuan masyarakat Indonesia yang kurang sehingga bank tidak mampu berhubungan, mungkin bisa tidak paham, takut tidak dipercaya karena minim pengetahuan perbankan,” ujarnya
Muliaman mengharapkan perlu adanya edukasi keuangan, terutama Asbisindo bagaimana membuat stategi mengedukasi masyarakat agar melek dengan keuangan syariah.
Belakangan ini, Bank Indonesia berkerjasama dengan OJK mempererat konsep bancles banking, sebuah program impian untuk membuka akses kepada masyarakat dalam pelayanan perbankan.
Dalam bancles banking, kehadiran perbankan tanpa harus dihadirkan sebuah kantor bank dan hanya dilakukan dengan adanya teknologi. Hal itu membantu akses bagi mereka yang sulit terjangkau akses perbankan dengan demikian akses keuangan syariah lebih bagus.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Konsep bancles banking di Afrika sudah lama dilakuakn dengan berkerjasama antara perbankan dengan industri komunikasi. “Poin saya adalah bagaimana industri keuangan syariah ini bisa membangun satu pendekatan satu market terciptanya keuangan industri syariah secara luas,” ujarnya seperti dikutip PKES dipantau kantor berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Selain bicara tentang financial inclusion, Mualiaman juga memaparkan, jika saat ini di Indonesia tumbuh dan berkembang kelompok pendapatan menengah yang menurut penelitian incomenya sudah mencapai 10.000 dolar AS per tahun, dan tentu saja di Indonesia muncul keluarga-keluarga muda yang memerlukan dukungan jasa keuangan.
Dari hasil penelitian tersebut terdapat 120 juta orang dengan daya beli yang sangat kuat dan mereka tinggal kota-kota besar dengan tingkat pendidikan yang kuat. Ini yang menurut Muliaman bisa dimanfaatkan oleh industri keuangan syariah untuk meresponnya.
“Jika keuangan syariah tidak mampu merespon ada dua kerugian yang dialaminya, pertama terlambat dalam menangkap peluang tersebut dan kedua akan ketinggalan kereta,” tambahnya. (T/P010/P02)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)