Jeddah, 21 Rabiul Awwal 1438/21 Desember 2016 (MINA) – Kegiatan Sidang ke-11 Konferensi Menteri-menteri Informasi negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dengan tema “Peran Media Baru Menghadapi terorisme dan Islamophobia”, dimulai di Istana Konferensi di Jeddah, Rabu (21/12).
Para menteri membahas tentang cara efektif menggunakan media baru dalam menghadapi terorisme dan Islamophobia dalam meruba skenario global.
Menteri Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi Dr. Adel Zayd Al-Toraifi menekankan pentingnya persatuan dan peran media dalam memerangi terorisme dan Islamophobia untuk membangun perdamaian.
“Dan fokus pada risiko terorisme dan ekstremisme yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia,” katanya seperti dilaporkan International Islamic News Agency (IINA) dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Atas nama Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman dan orang-orang dari Arab Saudi, Dr. Toraifi menyambut menteri dan kepala delegasi berpartisipasi dalam konferensi ini yang diadakan pada saat terjadinya berbagai krisis seperti Suriah, Irak dan beberapa negara lain di dunia Islam yang menghadapi konsekuensi terorisme.
Dr. Al-Toraifi lebih lanjut menekankan pentingnya peran media dalam memerangi terorisme dan Islamophobia sehingga membawa perdamaian dan untuk fokus pada bahaya terorisme dan ekstremisme, yang mengancam perdamaian dan keamanan dunia.
Dia juga mengatakan bahwa konferensi akan fokus pada penelitian dan membuat keputusan dan pedoman dari media Islam untuk memerangi fenomena terorisme dan ketakutan terhadap Islam.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Islam Kerjasama (OKI) Dr. Yousef Al-Othaimeen mengatakan saat ini mengharuskan kita untuk memperbincangkan peran media baru dan aplikasi dan dampak yang efektif untuk melawan dua fenomena terorisme dan Islamophobia yang mempengaruhi dunia Islam dan membahayakan hidup berdampingan secara damai antara bangsa-bangsa di dunia.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Dia menambahkan bahwa “menghadapi fenomena terorisme, yang mempengaruhi perkembangan dan stabilitas negara-negara anggota kami, mengharuskan kita untuk mengkoordinasikan dan bergabung merupakan upaya kita untuk mengatasi akar penyebabnya, dan membasmi fenomena berbahaya ini, termasuk melalui operasionalisasi Konvensi OKI tentang Pemberantasan Terorisme Internasional.
Sekjen mencatat bahwa kelompok teroris memanfaatkan semua media yang tersedia untuk menyebarkan ideologi ekstrimis mereka yang menyesatkan. Mereka juga berusaha untuk merekrut dan menyesatkan pria dan wanita muda untuk bergabung dengan mereka atau kaki teroris dengan menyediakan dukungan logistik.
Dalam konteks ini, kata dia, OKI meluncurkan Pusat untuk Dialog, Perdamaian dan Pemahaman dua bulan lalu bertugas mengekspos wacana ekstremisme, memperbaiki ketidakakuratan yang bergantung, dan memproyeksikan konsep-konsep Islam yang otentik.
“Kita semua berharap bahwa Pusat ini akan memberikan kontribusi untuk membatasi penyebaran terorisme dan mengurangi dampak destruktif dari ideologinya,” kata Al-Othaimeen.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
“Di sinilah peran spesialis media untuk melawan ideologi teroris ini melalui menggunakan sarana media yang sama dan media sosial yang digunakan oleh kelompok teroris untuk menyampaikan pesan media yang menyebarkan ideologi anti-teroris dan mengekspos klaim teroris di semua saluran teknologi yang tersedia,”tambahnya.
Sekjen mengatakan bahwa organisasi masyarakat sipil, pusat penelitian, dan perguruan tinggi harus memiliki peran partisipatif dan mendukung jaringan media dalam memerangi pemikiran menyimpang ini.
Dia menunjukkan bahwa Pusat OKI untuk Dialog, Perdamaian dan Pemahaman bertugas mengekspos wacana ekstremisme, memperbaiki ketidakakuratan yang bergantung, dan memproyeksikan konsep-konsep Islam yang otentik. (T/P005/P2)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah