Jeddah, MINA – Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (Sekjen OKI), Hussein Ibrahim Taha, menyatakan sambutannya atas inisiatif bersama Kerajaan Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri konflik Sudan di kota Jeddah, Sabtu (6/5) dan akan berlangsung selama 72 jam.
Kantor Berita OKI melaporkan, Ibrahim Taha memuji inisiatif ini yang sejalan dengan teks pernyataan yang dikeluarkan oleh Komite Eksekutif organisasi pada pertemuan terakhirnya pada Rabu (5/5), yang menyerukan penghentian segera eskalasi militer dengan cara tertentu.
Selain itu, mempertahankan kemampuan dan keuntungan rakyat Sudan, mengingat banyaknya korban jiwa dan kehancuran fasilitas serta infrastruktur.
Bahasa dialog, pengendalian diri dan kebijaksanaan, dan kembali secepat mungkin ke meja perundingan untuk melanjutkan upaya damai untuk menyelesaikan krisis Sudan.
Baca Juga: ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu, Yordania: Siap Laksanakan
Sekjen OKI mengimbau delegasi yang bernegosiasi dari kedua belah pihak untuk bekerja menstabilkan gencatan senjata kemanusiaan dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan dan kesehatan kepada mereka yang terkena dampak situasi kemanusiaan yang sulit saat ini di Sudan, dan bekerja keras untuk mencapai kesepakatan yang segera dan permanen.
Gencatan senjata dan mengutamakan kepentingan nasional tertinggi Sudan dengan cara menjaga persatuan dan institusi negaranya dan mencapai aspirasi rakyat Sudan dalam Keamanan, perdamaian, stabilitas politik dan pembangunan ekonomi.
Sekjen OKI sekali lagi menghargai upaya Kerajaan Arab Saudi, Ketua KTT Islam, atas jasa baik dan kontaknya dengan saudara-saudara di Sudan dan pihak-pihak regional dan internasional yang bersangkutan, dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan segera dan gencatan senjata permanen dan kembali ke jalan damai.
Sejak pertengahan April 2023, sudah banyak korban berjatuhan akibat konflik antara paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dengan militer negara tersebut.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
Sebanyak 550 orang meninggal dunia, ribuan orang lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, ada sekira 100 ribu orang yang harus mengungsi ke luar negeri.(T/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional