Dalam psikologi, fenomena Omdo alias Omong Doang dapat dijelaskan melalui teori cognitive dissonance, yaitu ketidaksesuaian antara pikiran (kognisi) dan tindakan. Ketika seseorang mengatakan sesuatu, tetapi tidak melakukan tindakan sesuai dengan perkataan tersebut, ini menciptakan disonansi atau ketidakharmonisan dalam pikirannya. Orang sering kali akan mencari cara untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, baik dengan merasionalisasi kegagalannya atau dengan mengubah perilaku di masa depan.
Menurut studi komunikasi interpersonal, kata-kata memiliki kekuatan besar dalam membangun kepercayaan dan relasi sosial. Ketika seseorang tidak menepati janji atau sering kali hanya berbicara tanpa bukti tindakan, kepercayaan terhadap orang tersebut akan berkurang. Orang-orang akan lebih sulit memercayai individu yang sering Omdo karena perilakunya tidak konsisten dengan apa yang dia katakan.
Selain itu, dari perspektif sosiologi, seseorang yang sering Omdo juga memengaruhi dinamika sosialnya. Dalam masyarakat, ada ekspektasi sosial bahwa setiap perkataan harus diikuti oleh tindakan yang sesuai. Jika hal ini tidak terjadi, reputasi sosial seseorang bisa menurun, dan dia akan dihindari dalam interaksi sosial lebih lanjut.
Penjelasan Syar’i tentang Omdo
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Dalam ajaran Islam, berbicara tanpa tindakan adalah perilaku yang sangat dicela. Al-Qur’an dan hadits memberikan penekanan kuat pada pentingnya menepati janji dan berbicara sesuai dengan kebenaran. Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (٣)
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS Ash-Shaff [61]: 2-3)
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wata’ala sangat membenci orang yang berkata tanpa menindaklanjuti perkataan tersebut dengan perbuatan alias Omdo. Islam menekankan kejujuran dan konsistensi antara perkataan dan perbuatan karena perkataan yang tidak diikuti oleh tindakan adalah bentuk kemunafikan.
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan dalam sebuah hadits tentang ciri-ciri orang munafik,
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ”.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, dia berdusta; jika berjanji, dia mengingkari; dan jika diberi amanah, dia berkhianat.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa salah satu ciri orang munafik adalah mengingkari janji. Berbicara tanpa menepati janji termasuk dalam kategori ini karena janji yang tidak ditepati menunjukkan ketidaktulusan.
Dampak Negatif dari Perilaku Omdo dalam Perspektif Syar’i
Pertama, kehilangan kepercayaan. Dalam Islam, menjaga amanah adalah kewajiban yang sangat penting. Ketika seseorang berjanji, tetapi tidak menepatinya, dia telah mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya, yang dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan dari orang lain.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Kedua, tergolong munafik. Seseorang yang terus-menerus berbicara tanpa tindakan atau mengingkari janji tergolong dalam ciri-ciri kemunafikan, yang sangat dicela dalam Islam.
Ketiga, mengganggu keharmonisan sosial. Islam sangat mementingkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan). Seseorang yang Omdo bisa merusak hubungan persaudaraan karena kepercayaannya telah hilang.
Keempat, dampak di akhirat. Orang yang berbicara tanpa menindaklanjuti akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (٣٦)
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. (QS Al-Isra’ [17]: 36)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Cara Menghindari Perilaku Omdo
Pertama, bersikap jujur kepada diri sendiri. Sebelum mengucapkan sesuatu, pikirkan apakah itu bisa dilakukan. Berjanji hanya pada hal-hal yang mampu ditunaikan.
Kedua, menjaga amanah. Ketika sudah mengatakan sesuatu, pastikan untuk berusaha menepatinya sesuai dengan kemampuan karena menepati janji adalah amanah.
Ketiga, menghindari berbicara berlebihan. Islam mengajarkan untuk tidak berbicara berlebihan, apalagi mengenai sesuatu yang belum tentu bisa dipenuhi.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Keempat, mengutamakan tindakan daripada perkataan. Fokus pada tindakan nyata daripada terlalu banyak berbicara. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
“Orang yang beriman dengan Allah dan Hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Omong Doang atau Omdo merupakan fenomena yang tidak hanya memiliki dampak negatif secara sosial, tetapi juga dikecam dalam ajaran Islam. Al-Qur’an dan hadits sangat menekankan pentingnya konsistensi antara perkataan dan perbuatan.
Berbicara tanpa tindakan tidak hanya merusak reputasi seseorang di dunia, tetapi juga berpotensi membawa kerugian di akhirat. Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa menjaga amanah dan menepati apa yang telah mereka katakan karena Islam adalah agama yang mendorong keselarasan antara perkataan dan perbuatan.[]
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Mi’raj News Agency (MINA)