Ankara, 28 Rabi’ul Akhir 1436/18 Februari 2015 (MINA) – Pemimpin partai oposisi Turki mengkritik pemerintah dengan tuduhan tidak melakukan pencegahan maksimal terhadap kekerasan yang mengancam perempuan, Selasa (17/2), terkait kematian mahasiswi Ozgecan Aslan (20).
Mereka juga mengkritik perdebatan tentang hukuman mati yang dibahas setelah pembunuhan brutal terhadap Aslan yang tewas dan tubuhnya dibakar setelah dilaporkan terjadinya kasus kekerasan seksual di provinsi Mersin, Turki selatan, Jumat (13/2).
“Tampaknya kita melupakan kematiannya dan telah membahas tentang hukuman. Masalah utama yang kita harus diskusikan adalah bagaimana agar insiden tersebut tidak terjadi lagi,” kata Kemal Kilicdaroglu, Ketua Partai Republik Rakyat di pertemuan kelompok parlemen partainya, Albawaba News melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Mengacu pada pembunuhan Aslan, Kilicdaroglu mengatakan, itu bukan peristiwa tunggal.
“Turki telah berubah menjadi sebuah penjara semi terbuka,” katanya dan menambahkan bahwa perempuan tidak dianggap penting di negeri ini lagi.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Dia juga mengkritik kebijakan pemerintah yang memberikan insentif (tambahan penghasilan uang) kepada perempuan untuk memiliki lebih banyak anak, dan menghimbau mereka menjalani proses melahirkan secara alami, bukan operasi caesar.
Kilicdaroglu mengatakan, keputusan tersebut seharusnya tidak menjadi “bisnis resmi negara”, dan dia menuduh pemerintah melakukan kekerasan terhadap perempuan dengan mengganggunya dalam segala hal.
Dia juga mengklaim, jumlah perempuan tewas antara 2002 – 2015 meningkat selama Partai Pembangunan dan Keadilan (Partai AK) berkuasa.
Pemimpin Partai Gerakan Nasionalis Devlet Bahceli mengatakan dalam pertemuan parlemen, kekerasan terhadap perempuan meningkat di negara itu selama 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Dia menuduh pemerintah memberikan perlakuan lebih rendah terhadap perempuan dan merusak kesetaraan gender.
Pemimpin Partai Demokrasi Rakyat pro-Kurdi, Selahattin Demirtas, juga menekankan pentingnya kesetaraan gender.
Demirtas menyebut pembunuhan Aslan paling brutal di antara pembunuhan di Turki.
Dia menyalahkan Kementerian Kebijakan Sosial dan Keluarga yang tidak berbuat cukup untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan. (T/P001/R03)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza