Kutupalong, MINA – Orang-orang bersenjata di Bangladesh membunuh seorang guru dan seorang siswa di kamp pengungsi Rohingya karena menolak ikut kembali ke Myanmar untuk berperang, kata orangtua mereka, Kamis (30/5).
Polisi mengatakan, kedua pria tersebut, siswa bernama Nur Absar (22) dan guru Nur Faisal (21) dibunuh oleh “penyerang tak dikenal” di kamp Kutupalong di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. Demikian dikutip dari The Hindu.
“Satu orang meninggal di tempat, satu lagi meninggal di rumah sakit,” kata Arefin Jewel, Juru Bicara Kepolisian Kutupalong. “Kami sedang menyelidiki apakah ini merupakan kasus perekrutan paksa.”
Namun ayah Faisal menyalahkan kelompok Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO).
Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel
“RSO mendatangi sekolah anak saya dan ingin merekrutnya,” kata Zakir Ahmed (45). “Putraku menolak.”
Ratusan anak laki-laki dan pemuda Rohingya telah ditangkap dari kamp pengungsi di Bangladesh, tempat mereka mencari perlindungan, oleh kelompok bersenjata.
Laporan PBB dan pengamat menyebutkan, kini militan Rohingya yang bekerja sama dengan junta Myanmar sedang merekrut para pengungsi, menurut penduduk kamp.
Menurut laporan tersebut, para militan berdalih, sesama warga Rohingya perlu bersekutu dengan tentara Myanmar – kekuatan yang pada tahun 2017 menyerang dan memaksa mereka mengungsi ke pengasingan – untuk menghadapi musuh bersama dalam kekuatan pemberontak Myanmar lainnya, yaitu Tentara Arakan (AA). []
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)