Xinjiang, 3 Syawal 1428/27 Juni 2017 (MINA) – Seorang wanita muda Uighur yang ditangkap dan dideportasi dari Vietnam ke Cina karena mencoba menyusul keluarganya di pengasingan dilaporkan menghilang di tahanan polisi, kata ayahnya.
Pengakuan sang orangtua mengakhiri sikap bungkam pihak keluarga selama tiga tahun untuk menuntut informasi tentang keberadaan dan kondisi sang putrid yang tidak diketahui rimbanya.
Rizwangul Tursun, yang sekarang berusia 21 tahun, adalah salah satu dari 16 warga Cina, termasuk empat wanita dan dua anak, yang dideportasi pada tanggal 18 April 2014, menyusul penangkapan mereka di persimpangan perbatasan Bac Phong Sinh di Vietnam.
Saat ditangkap petugas mereka tengah mencoba memasuki negara tersebut secara ilegal, kata sejumlah sumber dalam laporan sebelumnya.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Rizwangul Tursun berusaha untuk menyusul ayahnya, Tursun Semet, yang berhasil melarikan diri bersama enam anggota keluarga ke Turki dari daerah Kargilik di Prefektur Kashgar di wilayah Xinjiang, Cina, pada tahun sebelumnya.
“Saya belum mengetahui apapun tentang nasib putriku sejak hari dia dideportasi ke Cina,” kata Tursun kepada RFA’s Uyghur Service, yang berbicara dari Istanbul, Turki.
“Sejauh ini, tidak ada kerabat saya di kampung halaman saya di Kargilik yang diberitahu tentang tuduhan terhadapnya. Juga tidak ada teman atau tetangga saya yang diberi tahu,” ia menambahkan, Radio Free Asia (RFA) melaporkan Senin (26/6).
Tursun mengatakan, pada awalnya dia tidak ingin secara terbuka menuntut informasi tentang keberadaan putrinya karena khawatir berprasangka terhadap kasusnya dengan berbicara dari luar Cina – sebuah kekhawatiran politik yang sensitif bagi pemerintah Cina yang takut akan dukungan asing kepada gerakan separatis Uighur.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
“Tapi sekarang, kesabaran saya sudah habis,” ujarnya.
“Sebuah beban berat bagi seorang ayah yang tinggal di pengasingan,” kata Tursun. “Pada detik ini, dan sebagai upaya terakhir, saya ingin meminta bantuan masyarakat internasional untuk mendapatkan informasi tentang anak perempuan saya.”
“Saya ingin tahu di mana dia ditahan, dan atas tuduhan apa,” tegasnya.
Menolak Berkomentar
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Saat dimintai komentar, polisi daerah Kargilik menolak memberikan rincian kasus Rizwangul. “Kami tidak diperbolehkan memberikan informasi apapun tanpa izin dari departemen di tingkat yang lebih tinggi.”
Pejabat di departemen kepolisian Kashgar pun memilih tutup mulut. Mereka menutup telepon saat mengetahui bahwa mereka berbicara dengan seorang reporter yang tertarik dengan kasus Rizwangul.
Dipecat dari pekerjaannya di sebuah bank Cina setelah kelahiran anak ketiganya, yang melanggar undang-undang keluarga berencana, Tursun meninggalkan Kargilik dan pergi ke prefektur Hotan, dan kemudian pindah ke daerah Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang.
“Saya tidak memiliki surat-surat atau akta kelahiran untuk ketiga anak saya. Akibatnya, saya hidup dan bekerja di bawah tanah,” katanya.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
“Kami tidak dapat hidup bebas dan aman di negara kami sendiri, dan oleh karena itu saya terpaksa mengambil jalan yang berisiko meninggalkan negara ini (Cina) tanpa mengantongi dokumen hukum.”
Tursun mengaku dia sering menangis selama tiga tahun terakhir karena mengkhawatirkan nasib putrinya. Namun ia menyembunyikan perasaan dan kepedihan yang ia rasakan dari anak-anak dan istrinya.
“Masalah ini memukul ayah yang tidak berdaya sangat keras,” katanya. “Saya tidak ingin seseorang mengalami rasa sakit yang saya rasakan,” ujarnya. (T/R11/B05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris