Gaza, MINA – Sebuah tim organisasi internasional memeriksa amunisi besar Israel yang belum meledak di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah, dalam upaya untuk mengamankan wilayah tersebut, mengingat perang dahsyat yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Nick, anggota tim Humanity and Inclusion, kepada Anadolu Agency, Ahad (28/4) mengatakan, pihaknya menandai senjata dan amunisi-amunisi yang belum meledak, termasuk rudal di gedung belakang kantornya.
“Pertama, kita harus menentukan jenisnya. Kedua, kita harus memastikan apakah aman, dan ketiga, kita harus mengkaji kemungkinan untuk memindahkannya ke tempat lain untuk menjamin keselamatan semua orang,” katanya.
Dia mengirimkan pesan kepada penduduk di daerah tersebut untuk tidak menyentuh senjata-senjata sisa atau rudal-rudal yang tidak meledak, bermain-main dengannya atau berdiri di atasnya karena rudal yang tidak meledak mampu menhancurkan seluruh bangunan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Kami hanya perlu melaporkan keberadaan senjata-senjata ini ketika kami menemukannya, dan tidak mendekatinya sama sekali. Senjata-senjata tersebut bukanlah mainan, melainkan benda berbahaya yang mengancam kehidupan warga,” ujarnya.
Sebuah klip video yang diedarkan oleh para aktivis di media sosial menunjukkan sebuah rudal besar yang belum meledak di dalam sebuah gedung di Deir al-Balah, yang jalanannya dipenuhi puing-puing akibat pemboman Israel.
Humanity and Inclusion adalah organisasi non-pemerintah internasional yang berupaya membantu penyandang disabilitas dan kelompok rentan dalam situasi kemiskinan, pengucilan, konflik, dan bencana.
Kantor pusat organisasi ini berlokasi di Perancis dan Belgia, dan memiliki cabang di 6 negara lainnya yaitu Inggris, Swiss, Luksemburg, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Sebelumnya, Sabtu 27/4), mantan kepala Badan Pembasmi Ranjau PBB di Irak, Per Lodhamar, menyatakan dalam konferensi pers, sekitar 10 persen senjata Israel di Gaza tidak meledak, dan harus disingkirkan oleh tim pembersihan ranjau.
“Pembersihan dan pembangunan kembali Jalur Gaza akan menjadi pekerjaan yang lambat dan berbahaya karena peluru, rudal dan senjata lainnya (yang belum meledak) terkubur di dalam bangunan yang runtuh atau rusak,” jelasnya.
Selama 17 tahun, Israel telah mengepung Jalur Gaza, dan perang tersebut memaksa sekitar dua juta penduduknya, yang berjumlah sekitar 2,3 juta warga Palestina, mengungsi dalam kondisi yang sangat buruk.
Israel tetap melanjutkan agresinya meskipun Dewan Keamanan PBB sudah mengeluarkan resolusi gencatan senjata, dan juga meskipun Israel pertama kali muncul di hadapan Mahkamah Internasional atas tuduhan melakukan “genosida.” []
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Mi’raj News Agency (MINA)